Jumat, 01 April 2016

Makalah B.Indonesia: PARAGRAF



PARAGRAF
TUGAS KELOMPOK
PADA
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 1
Dosen Pembimbing : Enni Suhenni, S.Pd, MPd
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

Fikri Afriansyah
Fitri Ningsih Hasibuan
Hasya Zawdah Azzarqa
Intan Monika
Pera Wati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH
JURUSAN TARBIYAH SEMESTER 1-B
TANJUNG PURA – LANGKAT
2014/2015
KATA PENGANTAR
          Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Paragraf. Makalah ini terdiri dari beberapa lembar halaman dengan isi yang terdiri dari pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah dan tujuan permasalahan), pembahasan (pengertian paragraf, syarat-syarat penyusunan paragraf, unsur-unsur pembentuk paragraf, pola-pola pengembangan paragraf dan jenis-jenis paragraf) serta penutup (kesimpulan dan saran).
          Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia I yang membahas tentang ”Paragraf” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang membina mata kuliah Bahasa Indonesia I.
          Makalah ini memperdalam dan mengupas semua tentang paragraf, model makalah ini dibuat dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca, yang isinya berasal dari pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari buku-buku referensi dan situs-situs internet. Dari makalah ini kami megharapkan agar pembaca dapat mengambil ilmu-ilmu yang ada pada tugas makalah ini.
          Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang ikut serta dalam pembuatan tugas makalah ini. Selain itu, kami juga berterima kasih kepada teman-teman kami yang  mau membaca hasil dari makalah yang kami buat ini. Semoga makalah ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kita kedepannya. Amin.




Tanjung Pura, 27 September 2014

Pemakalah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 
Daftar Isi 

BAB    I.    PENDAHULUAN
                  1.1 Latar Belakang 
                  1.2 Rumusan Masalah  
                  1.3 Tujuan Permasalahan  

BAB    II.  PEMBAHASAN
                  2.1 Pengertian Paragraf  
                  2.2 Syarat – Syarat  Penyusunan Paragraf  
                  2.3 Unsur – Unsur Pembentuk Paragraf
                  2.4 Pola – Pola Pengembangan Paragraf  
                  2.5 Jenis – Jenis Paragraf 

BAB    III. PENUTUP 
                  3.1 Kesimpulan
                  3.2 Saran 
DAFTAR PUSTAKA 
  
  
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kita sering mendengar istilah paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi atau seminar. Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, laporan atau skripsi pasti menggunakan paragraf dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari paragraf maka akan bervariasi jawabannya. Paragraf merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk kita pelajari, karena sangat berpengaruh dalam pembentukan sebuah tulisan yang menarik dan berkualitas.
Bila kita membuat paragraf, kita menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang merupakan penjelasan tentang ide pokok. Disamping ide pokok ini, terdapat ide pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama. Kedua ide pokok ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar. Oleh sebab itu, ide pokok yang kedua ini diungkapkan dalam paragraf berikutnya yang disertai pula dengan ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi. Demikianlah seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas beberapa paragraf  yang mengandung kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian paragraf ?
2.      Bagaimana syarat-syarat penyusunan paragraf?
3.      Bagaimana unsur-unsur pembentuk paragraf?
4.      Bagaimana pola-pola pengembangan paragraf?
5.      Bagaimana jenis-jenis paragraf?
1.3  Tujuan Permasalahan
1.      Untuk mengetahui pengertian paragraf.
2.      Untuk mengetahui syarat-syarat penyusunan paragraf.
3.      Untuk mengetahui unsur-unsur pembentuk paragraf.
4.      Untuk mengetahui pola-pola pengembangan paragraf.
5.      Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Paragraf
            Paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos ("menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
            Paragraf dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah bagian bab disuatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru) atau disebut dengan alinea.
            Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan.
2.2  Syarat – Syarat Penyusunan Paragraf
          Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan adanya kepaduan.
2.2.1    Kesatuan Paragraf
            Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik atau masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide atau masalah. Perhatikan paragraf dibawah ini.
       Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Melalui perjuangannya, Cliton berhasil menjadi Presiden Amerika. Cliton termasuk Presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa yang besar dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, suatu hari nanti saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
       Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam paragraf diatas. Tetapi, jika dibaca lebih mendalam akan terasa bahwa topik paragraf lebih dari satu. Kondisi ini membuat pembaca sulit menangkap ide pokok atau ide utama paragraf.
       Dalam alinea diatas ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: (1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai Presiden Amerika, dan (3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas mendukung ide pokok, misalnya kalimat (2) Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisannya yang hendak menerangkan kedudukaannya sebagai guru, maka “usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam konteks tersebut. Perhatikan berbaikan paragraf yang salah itu menjadi tiga paragraf berikut.
       Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Di Amerika semua bahasa besar termasuk bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika. Pernah terlintas dibenak saya, suatu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika.
       Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan itu diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clinton termasuk Presiden yang populer.
       Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana semua bahasa yang besar, termasuk bahasa Indonesia di pelajari untuk kepentingan politik Amerika.
2.2.2    Kepaduan Paragraf (Koherensi)
            Koherensi paragraf akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancar serta logis. Untuk itu, cara repetis, jasa kata ganti, kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.
Contoh paragraf yang dibentuk dengan repetisi kata dan frasa.
            Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digunakan dengan kuitansi dan faktur ini disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat dipakai baik untuk penjualan tunai maupun kredit.
            Untuk membangun paragraf di atas, kata kunci faktur di ulang-ulang untuk memulai kalimat baru (kalimat penjelas). Repetisi seperti ini tidak terbatas pada kata, tetapi dapat juga pada frasa, seperti frasa faktur tanpa kuitansi ini yang diulang dari kalimat keempat untuk memulai kalimat kelima atau kalimat terakhir paragraf tersebut.
            Pengulangan kata kunci seperti yang dicontohkan diatas tidak boleh terlalu sering dilakukan karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Oleh karena itu, repetisi nama orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau dengan frasa. Perhatikan contoh paragraf dibawah.
            Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Beliau dapat terpilih menjadi presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat dikatakan nyaris buta. Presiden keempat Republik Indonesia ini diawal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan keluar negeri sehingga mengundang kritik pedas terutama lawan politiknya. Kyai dari Jawa Timur ini juga sering mengeluarkan pernyataan yanh kontroversial dan inkonsisten. Akibatnya mantan ketua PBNU ini sering diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Namun Suami dari Sinta Nuriah ini tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua ini.
            Selain itu dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan dapat dijalin dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada beberapa kata dan frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud.
Fungsi
Contoh Kata dan Frasa
Menyatakan hubungan:
a) akibat/hasil

b) pertambahan


c) perbandingan


d) pertentangan


e) tempat


f) tujuan
g) waktu


h) singkatan

akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi
berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagi pula, lalu selanjutnya, tambah lagi
dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu
akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya, walaupun demikian
berdekatan dengan itu, di sini, di seberang sana, tak jauh dari sana, di bawah, persis di depan, di sepanjang
agar, untuk/guna, untuk maksud itu,
baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai, sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika
singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata
Contoh:
a.         Menyatakan akibat atau hasil
                 Tenaga kerja di Pulau Jawa, Bali, Madura dan Lombok kelebihan, sedangkan di pulau-pulau lain kekurangan. Oleh karena itu, sebagian tenaga kerja dari keempat pulau tersebut dipindahkan kepulau-pulau lain yang kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian, akan terjadi pemerataan tenaga kerja di Indonesia.
b.        Menyatakan hubungan pertambahan
                 Deterjen tidak hanya cocok dipakai untuk mencuci bahan yang kasar, tetapi cocok juga untuk mencuci bahan yang halus seperti sura. Selain itu, deterjen dapat juga dipakai untuk mencuci perabot dapur. Lagi pula, perabotan yang dicuci dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak pudar.
c.         Menyatakan hubungan perbandingan
                 Dalam menghormati wanita, tampaknya orang Barat lebih baik dari orang Timur. Kalau kita perhatikan cara-cara orang Timur, seperti orang Jepang, Cina, India, Thailand memperlakukan wanita akan timbul kesan bahwa wanita merupakan “warna negara kelas dua”. Adat Timur umumnya menempatkan wanita sebagai golongan yang harus mengabdi kepada pria sehingga dalam banyak hal pria menjadi golongan yang utama. Lalu halnya di Eropa. Orang Barat begitu mengutamakan wanita. Slogan ”Ladies First” bukan hanya omong kosong yang tak terbukti. Dalam tata krama Barat kedudukan wanita paling tidak sudah sama derajatnya dengan pria, walaupun belum dapat dikatakan lebih tinggi.
d.        Menyatakan hubungan pertentangan
                 Manusia diizinkan Tuhan untuk memanfaatkan semua isi alam ini termasuk memakan daging binatang. Namun, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, atau menyia-nyiakan binatang. Siapa iang menyiksa binatang, berdosa besar. Sebaliknya, siapa yang menolong binatang akan mendapat pahala.
e.         Menyatakan hubungan tempat
                 Saat Anda melintasi di Jalan Manggarai Utara, Jakarta Pusat, persis di depan taman tampak berjajar sembilan tukang jahit. Mereka berjajar dengan mesin jahit masing-masing yang sebagian besar catnya terkelupas. Agar dapat bekerja dengan nyaman, mereka berlindung di bawah tenda plastik. Pemandangan seperti ini pun dapat Anda temukan di sepanjang Jalan Jatinegara atau Jalan Slamet Riyadi. 
f.         Menyatakan hubungan tujuan
                 Sidang Istimewa MPR akan digelar dan sudah pasti memerlukan pengamanan. Untuk maksud itu, Pimpinan MPR telah mengirim surat kepada Panglima TNI, Panglima Kodam V Jayakarta, Pangkostrad dan Kapolri meminta bantuan pengamanan. Untuk mengamankan SI MPR ini Polri akan dibantu oleh TNI mengingat jumlah anggota Polri yang terbatas dibanding dengan tugas kamtib yang diembannya. Agar terjalin koordinasi yang baik, hendaknya persiapan pengamanan bagi musyawarah para wakil rakyat yang menentukan nasib bangsa itu dari jauh-jauh hari.
g.        Menyatakan hubungan waktu
                 Sejak bayi, Rere selalu kami ajak berkomunikasi. Mulai usia dua minggu, ketika matanya sudah mulai menatap, kami tidak hanya menganggapnya sebagai bayi, tetapi “manusia dewasa”. Saat dia pipis, kami selalu memintanya untuk mengangkat kaki guna memudahkan mengganti popoknya. Beberapa minggu kemudian, dia mulai paham dengan maksud kami tersebut. Ketika usianya memasuki minggu ketujuh, Rere tidak hanya paham, tetapi dapat melakukannya. Terkadang dia sudah mengangkat kakinya, sebelum perintah tersebut kami ucapakan.
h.        Menyatakan hubungan singkatan
                 Lalu lintas di persimpangan jalan di Jakarta banyak yang macet dan kacau. Kendaraan berpenumpang, terutama angkutan umum seperti bus besar, bus sedang, mikrolet saling serobot. Kendaraan yang lebih kecil seperti bajaj, bemo, bahkan di beberapa tempat ada becak, turut meramaikan persimpangan jalan. Belum lagi truk, mobil pribadi dan sepeda motor. Pendek kata, semua jenis kendaraan turut ambil bagian memacetkan persimpangan jalan di Jakarta.
2.3  Unsur – Unsur Pembentuk Paragraf
     Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membentuk paragraf  pada umumnya diklasifikasikan atas dua macam, yaitu kalimat topik dan kalimat pendukung.
2.3.1  Kalimat Topik
      Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau gagasan utama paragraf. Gagasan utama (gagasan pokok) merupakan jiwa dari karangan yang berisi ide dasar masalah yang akan dibicarakan di dalam paragraf.
Ciri kalimat topik:
a)    mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut;
b)   merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
c)    mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain;
d)   dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
2.3.2  Kalimat Pendukung
  Kalimat pendukung adalah kalimat yang berisi bahasan yang berhubungan dengan kalimat utama. Kalimat pendukung berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf.
Ciri kalimat pendukung:
a)    sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti);
b)   arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf;
c)    pembentuknya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi;
d)   isinya berupa rincian, keterangan, contoh dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
2.4  Pola – Pola Pengembangan Paragraf
            Ada dua perkara penting berkaitan perkembangan paragraf yaitu, kemampuan dalam memerinci atau menjabarkan gagasan utama dengan menciptakan gagasan-gagasan penjelas dan kemampuan mengurutkan secara tepat dan efektif letak gagasan utama dan gagasan penjelasnya.
Secara umum ada empat pola urutan pengembangan paragraf, yaitu :
2.4.1    Pola Umum – Khusus
              Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan di awal paragraf, kemudian disusul gagasan khusus sebagai rincian penjelas. Metode pengembangan ini disebut juga pola deduktif, dan secara prinsip sama dengan pola piramida terbalik dalam penulisan berita keras.
2.4.2    Pola Khusus – Umum
            Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan di akhir paragraf. Gagasan umum ini biasanya, berisi sintesa atau kesimpulan atas sejumlah kalimat yang telah disampaikan terlebih dahulu. Metode pengembangan ini, disebut juga pola induktif.
2.4.3    Pola Umum – Khusus – Umum
            Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan diawal paragraf, kemudian gagasan-gagasan khusus sebagai rincian penjelas. Namun, sebelum paragraf ditutup, gagasan penting yang telah disebut diawal paragraf disebutkan lagi untuk memberi penegasan.
2.4.4    Pola Pengembangan Deskriptif
            Pola deskriptif dijumpai dalam karangan deskripsi dan narasi yang isinya menggambarkan secara mendetail suatu dimensi atau ciri-ciri suatu barang, suasana sebuah tempat, proses kejadian atau rentetan peristiwa secara faktual atau apa adanya. Penulis tidak memberikan penilaian atau membuat kesimpulan atas apa yang digambarkan. Penulis hanya berusaha menghadirkan gambaran sekonkret-konkretnya dan berharap pembaca dapat membayangkan atau seakan-akan melihat langsung apa yang digambarkan. Kesimpulan atau penilaian diserahkan kepada pembaca.
Pola Pengembangan Narasi
            Paragraf narasi dapat dikembangkan dengan berbagai pola, antara lain dengan urutan waktu dan urutan tempat.
a)        Pola Kronologis (urutan waktu)
              Dalam pola ini kejadian-kejadian yang diceritakan disampaikan dengan urutan waktu, misalnya dari pagi hingga pagi lagi, dari zaman dulu sampai zaman sekarang, dari permulaan hingga selesai, dan sebagainya.

b)        Pola Spasial (urutan ruang)
              Dalam pola ini, kejadian-kejadian dalam paragraf disusun mengikuti bagian-bagian dari suatu tempat. Misalnya, dari barat ke timur, dari pingir ke tengah, dari dalam ke bagian luar, dan sebagainya.
2.5  Jenis – Jenis Paragraf
       Paragraf banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf berdasarkan kelompoknya, berikut ini jenis paragraf akan diuraikan satu per satu.
2.5.1  Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya
       Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Berdasarkan kalimat topik, paragraf dibedakan menjadi empat macam.
a)        Paragraf Deduktif
Paragraf jenis ini gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan dalam paragraf tersebut diletakkan pada kalimat pertama atau kedua.
Dalam paragraf ini, ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat diatur dengan ide yang bersifat umum dan diletakkan pada kalimat pertama atau kedua dan diikuti ide yang lebih khusus.

b)        Paragraf Induktif
Paragraf jenis ini meletakkan gagasan utamanya di akhir paragraf. Penataan ini dengan cara menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide bersifat umum dan biasanya berupa kalimat simpulan beserta pernyataan pembenarannya.

c)        Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf jenis ini kalimat pokoknya diletakkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

d)       Paragraf Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi demikian itu biasa terjadi akibat sulitnya menemukan kalimat topik karena kalimat satu dengan yang lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
2.5.2  Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
       Berdasarkan sifat isinya, paragraf dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu
a)        Paragraf Deskriptif
            Disebut paragraf deskripsi karena paragraf itu menggambarkan suatu keadaan dengan cukup terperinci. Dengan paragraf ini, pembaca seolah-olah menyaksikan atau merasakan keadaan yang digambarkan itu.
Contoh 1:
            Alunan nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman kampus Universitas Padjadjaran, Jln. Dipati Ukur, Bandung, Senin (27/8) siang. Lebih dari sepuluh ribu pasang tangan memainkan alat music tradissional angklung dan memanjakan ribuan pasang telinga yang mendengarkannya. Mereka begitu kompak. Permainan mereka begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan raangkaian acara Dies Natalis ke-50 Unpad itu membuat Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, ikut terpukau.
Contoh 2 :
            Diantara daun kayu, tampak di depan mereka tebing itu turun ke bawah di kakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara bahwa dia melindungi manusia hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-sebentar sapi mendengus dan binatang-binatang itu pun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok, keluar cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu, lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Di sekeliling pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.
            Kedua contoh paragraf diatas merupakan contoh paragraf deskripsi.  Disebut demikian karena paragraf itu menggambarkan suatu keadaan dengan cukup terperinci. Dengan paragraf ini, pembaca seolah-olah menyaksikan atau merasakan keadaan yang digambarkan itu.

Ciri-ciri paragraf deskriptif:
a.  Menyajikan keadaan peristiwa, tempat, benda, atau orang.
b.  Menimbulkan kesan tertentu kepada pembacanya.
c.  Banyak menggunakan kata-kata atau frase yang bermakna keadaan atau sifat.
b)        Paragraf Naratif
            Secara sederhana, paragraf narasi diartikan sebagai paragraf yang berisi cerita atau kejadian. Lebih jelasnya lagi, paragraf narasi adalah paragraf yang menjelaskan atau menguraikan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu.
Contoh :
            Ketika itu, aku sedang bersiap-siap ke sekolah. Tiba-tiba “Berita Pagi” di televisi menayangkan berita terjadinya kebakaran hebat. Peristiwa itu terjadi di perumahan dekat sekolahku. Sekitar pukul satu dinihari.
            Aku sangat terkejut dengan berita tersebut mengingat di daerah tersebut banyak terdapat rumah teman-temanku. Dalam hati, aku berharap semoga tidak ada satupun temanku yang menjadi korban. Setelah menyaksikan berita itu, aku pun bergegas menuju sekolah. Ternyata harapanku kandas. Ada empat temanku yang rumahnya musnah dimangsa si jago merah.
            Disebut paragraf  naratif karena tersebut memiliki tiga unsur utama yang merupakan karakteristik dari narasi: ada tokohnya, ada latarnya (ruang dan waktu) dan ada urutan kejadiannya.
            Berikut ini merupakan contoh analisis terhadap unsur-unsur dalam paragraf narasi yang dikemukakan tersebut.
     1. Tokoh       : Aku
     2. Latar        :
          a. Waktu  : pukul satu dini hari
          b. Tempat            : di perumahan dekat lingkungan sekolah si aku
     3. Urutan kejadian :
          a. Aku sedang bersiap-siap ke sekolah
          b. Televisi menayangkan berita kebakaran
          c. Kebakaran terjadi di dekat sekolah aku
          d. Empat rumah teman si aku menjadi korban

Tips menulis paragraf narasi:
1.    Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif.
2.    Menyusun kerangka paragraf naratif berdasarkan topik-topik itu dengan pola kronologis atau spasial.
3.    Mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf naratif.
4.    Menyunting Paragraf dengan memerhatikan kebenaran isinya, ketepatan pola atau susunannya, serta ejaannya. 
Contoh :
            Sejak berpisah dengan perkutut kesayangannya, Mbah Parto sakit. Bukan sakit encok seperti biasanya, namun sakitnya lebih merupakan sakit rohani ketimbang sakit jasmani. Tiga bulan yang lalu, burung perkutut yang sudah “kung” itu dibeli Pak Umar. Sebetulnya Mbah Parto tak hendak melepaskan burung kesayangannya. Namun, karena Pak Umar mendesak dan meninggikan penawarannya sampai delapan ratus ribu rupiah, akhirnya Mbah Parto merelakan perkutut itu dibeli. Ia mengira dengan uang sebanyak itu dia dapat membeli perkutut lagi dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi, yang terjadi diluar perkiraannya. Semenjak berpisah dengan burung perkututnya, Mbah Parto justru menderita. Tubuhnya semakin kurus dan pada akhirnya, jasmaninya pun tak kuat, ia terbaring sakit.
c)        Paragraf Eksposisi
            Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan sejelas-jelasnya. Berita-berita yang telah Anda baca terdahulu, terdiri atas paragraf-paragraf eksposisi. Selain dalam bentuk berita, paragraf eksposisi dapat Anda temukan dalam buku resep, petunjuk penggunaan, dan laporan ilmiah.
Langkah-langkah menyusun paragraf eksposisi:
a)    Menyusun kerangka paragraf dengan menomori topik-topik itu sesuai dengan urutan yang Anda kehendaki. Dalam hal ini, bisa saja Anda membuat topik yang Anda anggap tidak sesuai atau menggantinya dengan topik lain.
b)   Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf eksposisi. Dalam tahap ini, Anda harus menjadikan topik-topik itu menjadi kalimat yang jelas. Anda pun bisa saja membuat kalimat yang fungsinya sebagai pengikat sehingga kalimat-kalimat itu terjalin lebih kompak dan padu.
c)    Menyunting paragraf eksposisi yang ditulis teman. Tujuannya untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam paragraf itu, baik yang berkenaan dengan isi paragraf, susunan kalimat, pemilihan kata atau pun ejaan.
Contoh :
            Rombongan ini terbagi menjadi beberapa kelompok. Paling depan, para siswi imut. Mereka asyik memainkan mayoret, melakukan koreografi menggunakan bendera masing-masing. Kelompok mayoret ini diikuti oleh marching band, disusul sejumlah pelajar yang menempeli tubuh mereka dengan papan bertuliskan hak-hak yang patut didapat remaja. Rombongan diakhiri dengan sekelompok pelajar yang berbaris di dalam “selimut” berbentuk spanduk. Spanduk itu berisi petisi berupa tanda tangan pelajar sejumlah sekolah di Bandung.
d)    Paragraf Argumentasi
            Kata argumen dalam istilah paragraf bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan keyakinan’. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan pendapat, alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat serta meyakinkan. Tujuannya tentu untuk mempengaruhi orang lain (para pembaca) sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap dan keyakinan penulis.
Langkah-langkah menyusun paragraf argumentasi:
a. Menentukan topik argumentasi. Misalnya, pentingnya tertib berlalu lintas.
b.  Menentukan tujuan berargumentasi berdasarkan topik, seperti :
1)      Meyakinkan pembaca bahwa kelancaran dalam berlalu lintas  dapat diwujudklan dengan cara tertib berlalu lintas.
2)      Meyakinkan pembaca bahwa tertib berlalu lintas merupakan tanggung jawab semua pengguna jalan.
3)      Meyakinkan pembaca bahwa lalu lintas yang tertib akan memberikan banyak manfaat bagi semua pihak.
c. Menyusun kerangka karangan. Caranya dengan mencatat topik-topik kecil sesuai tujuan yang telah Anda tentukan. Misalnya untuk tujuan yang pertama, Anda dapat menyusun kerangka sebagai berikut.
Contoh :
            Banyak cara dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman dan lancar. Hal utama adalah setiap pengguna jalan, terutama para sopir, harus menaati rambu-rambu lalu lintas: berhenti ketika lampu merah menyala, tidak memarkir kendaraan di tempat-tempat terlarang. Dan para pengendara juga tidak membunyikan klakson seenaknya untuk menghindari ketersinggungan pihak-pihak lainnya.
            Pertengkaran antarsopir ataupun dengan pejalan kaki sering terjadi gara-gara bunyi klakson yang menyentak dan memekakkan telinga. Selain itu kerendahan hati juga perlu dimiliki oleh setiap pengguna jalan, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada pengendara lain yang ingin mendahului. Para pejalan kaki juga perlu dihargai, misalnya dengan memberi kesempatan untuk menyebrang atau dengan memperlambat kendaraan apabila beriringan dengan mereka. Apabila semua hal itu terlaksana dengan baik, ketertiban berlalu lintas akan tecipta suasana yang saling menghargai antar sesama juga pasti akan terbangun.
e)    Paragraf Persuatif
Contoh paragraf persuasif:
            Jadi, yang namanya kegiatan nonakademik sah-sah saja buat dijalankan. Apalagi kalau dapat memaksimalkan diri sehingga menghasilkan prestasi yang gemilang. Satu yang mesti Anda ingat, sebagai pelajar kegiatan yang utama Anda adalah belajar. Anda harus pintar-pintar membagi waktu. Percaya deh, segala kegiatan positif akan menghasilkan kesuksesan.
            Paragraf persuasif bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar berprestasi di bidang nonakademik dan giat dalam belajar. Penulis paragraf tersebut berharap pembaca mau melakukan saran atau pendapat yang disampaikannya itu. Paragraf yang bercirikan seperti itulah yang dinamakan paragraf persuasi. Persuasi dapat didefenisikan sebagai paragraf yang bertujuan untuk memengaruhi, mengimbau, membujuk, atau merayu pembaca sehingga terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis.
2.5.3  Jenis Paragraf Menurut Fungsi dalam Karangan
       Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu
a)        Paragraf Pembuka
       Bertujuan untuk mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, paragraf pembuka harus difungsikan untuk

1)   menghantarkan pokok pembicaraan;
2)   menarik minat dan perhatian pembaca;
3)   menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.

b)        Paragraf Pengembang
       Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan di dalam paragraf pembuka. Contoh-contoh dan ilustrasi, inti permasalahan dan uraian pembahasan adalah isi sebuah paragraf pengembang. Paragraf pengembang di dalam karangan dapat difungsikan untuk
1)   mengemukakan inti persoalan;
2)   memberi ilustrasi atau contoh;
3)   menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya;
4)   meringkas paragraf sebelumnya;
5)   mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.

c)        Paragraf Penutup
              Berisi simpulan bagian (subbab, bab) atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal berikut.
1)   Sebagai bagian penutup, alinea ini tidak boleh panjang.
2)   Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3)   Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1  Kesimpulan
-    Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. 
-    Paragraf yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan kepaduan. 
-    Unsur-unsur  dalam paragraf meliputi, gagasan pokok,  kalimat topik dan kalimat pendukung
-    Pola pengembangan paragraf,
ada tiga: Pola umum-khusus, Pola khusus-umum dan Pola umum-khusus-umum
-    Jenis-jenis Paragraf terbagi menjadi tiga;
             1.     Menurut posisi kalimat topiknya; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif dan paragraf penuh kalimat topik
             2.     Menurut sifat isinya; paragraf deskriptif, paragraf naratif, paragraf eksposisi, paragraf argumentasi dan paragraf persuasi
3.     Menurut fungsinya; paragraf pembuka, paragraf pengembang dan paragraf penutup

3.2  Saran
          Ketika kita ingin membuat atau menulis paragraf hendaknya mempelajari tahapan-tahapan dan mengikuti tips-tipsnya membuat atau menulis paragraf. Agar paragraf yang kita tulis baik dan benar serta menarik pembaca. 







DAFTAR PUSTAKA
Finoja, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Harianta, Agus dan surianto, Alex. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII. Tanggerang: Erlangga.
Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Gemilang. 2006. Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA Kelas XII Semester 2. Palur: Cipta Pustaka.
Anugrahany, Ary dkk. 2008. Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Malang: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar