PARAGRAF
TUGAS KELOMPOK
PADA
MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA 1
Dosen Pembimbing : Enni Suhenni, S.Pd, MPd
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Fikri Afriansyah
Fitri Ningsih
Hasibuan
Hasya Zawdah
Azzarqa
Intan Monika
Pera Wati
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH
JURUSAN TARBIYAH SEMESTER 1-B
TANJUNG
PURA – LANGKAT
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang
Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini yang berjudul Paragraf. Makalah
ini terdiri dari beberapa lembar halaman dengan isi yang terdiri dari
pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah dan tujuan permasalahan),
pembahasan (pengertian paragraf, syarat-syarat penyusunan paragraf, unsur-unsur
pembentuk paragraf, pola-pola pengembangan paragraf dan jenis-jenis paragraf)
serta penutup (kesimpulan dan saran).
Selanjutkan makalah ini
kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia I
yang membahas tentang ”Paragraf” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pembimbing yang membina mata kuliah Bahasa Indonesia I.
Makalah ini memperdalam dan mengupas
semua tentang paragraf, model makalah ini dibuat dengan kata-kata yang mudah
dimengerti oleh pembaca, yang isinya berasal dari pengetahuan-pengetahuan yang
bersumber dari buku-buku referensi dan situs-situs internet. Dari makalah ini
kami megharapkan agar pembaca dapat mengambil ilmu-ilmu yang ada pada tugas
makalah ini.
Terakhir, ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang ikut serta dalam pembuatan tugas makalah ini.
Selain itu, kami juga berterima kasih kepada teman-teman kami yang mau membaca hasil dari makalah yang kami buat
ini. Semoga makalah ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kita
kedepannya. Amin.
Tanjung
Pura, 27 September 2014
Pemakalah
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Permasalahan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paragraf
2.2 Syarat – Syarat Penyusunan
Paragraf
2.3 Unsur – Unsur Pembentuk Paragraf
2.4 Pola – Pola Pengembangan Paragraf
2.5 Jenis – Jenis Paragraf
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita sering mendengar istilah
paragraf atau alinea. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan
maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan dalam rapat, diskusi atau seminar.
Mereka yang sering menulis, baik surat, kertas kerja, laporan atau skripsi
pasti menggunakan paragraf dalam tulisannya. Apabila ditanyakan definisi dari paragraf
maka akan bervariasi jawabannya. Paragraf merupakan salah satu hal yang sangat penting
untuk kita pelajari, karena sangat berpengaruh dalam pembentukan sebuah tulisan
yang menarik dan berkualitas.
Bila kita membuat paragraf, kita
menuliskan sekelompok ide yang terdiri atas ide pokok dan ide bawahan yang
merupakan penjelasan tentang ide pokok. Disamping ide pokok ini, terdapat ide
pokok lainnya yang masih berkaitan dengan ide pokok pertama. Kedua ide pokok
ini merupakan bagian kelompok ide yang lebih besar. Oleh sebab itu, ide pokok
yang kedua ini diungkapkan dalam paragraf berikutnya yang disertai pula dengan
ide pokok bawahan yang berupa penjelasan terhadap ide pokok kedua tadi. Demikianlah
seterusnya sehingga kita dapat membuat sebuah karangan yang terdiri atas
beberapa paragraf yang mengandung
kelompok-kelompok ide yang saling berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian paragraf ?
2. Bagaimana
syarat-syarat penyusunan paragraf?
3. Bagaimana
unsur-unsur pembentuk paragraf?
4. Bagaimana
pola-pola pengembangan paragraf?
5. Bagaimana
jenis-jenis paragraf?
1.3 Tujuan Permasalahan
1. Untuk
mengetahui pengertian paragraf.
2. Untuk
mengetahui syarat-syarat penyusunan paragraf.
3. Untuk
mengetahui unsur-unsur pembentuk paragraf.
4. Untuk
mengetahui pola-pola pengembangan paragraf.
5. Untuk
mengetahui jenis-jenis paragraf.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paragraf
Paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos
("menulis di samping" atau "tertulis di samping")
adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
Paragraf dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah bagian bab
disuatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai
dengan garis baru) atau disebut dengan alinea.
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang
saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf
juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis
menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema
pembicaraan.
2.2 Syarat – Syarat Penyusunan Paragraf
Paragraf
yang efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan adanya
kepaduan.
2.2.1 Kesatuan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh
kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik atau masalah.
Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang
sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide
atau masalah. Perhatikan paragraf dibawah ini.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru
bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia
dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika.
Melalui perjuangannya, Cliton berhasil menjadi Presiden Amerika. Cliton
termasuk Presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika
perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa yang besar dipelajari
untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas
di benak saya, suatu hari nanti saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di
Amerika.
Jika dibaca sekilas, tidak tampak adanya kesalahan dalam
paragraf diatas. Tetapi, jika dibaca lebih mendalam akan terasa bahwa topik
paragraf lebih dari satu. Kondisi ini membuat pembaca sulit menangkap ide pokok
atau ide utama paragraf.
Dalam alinea diatas ada tiga ide yang potensial untuk
dikembangkan: (1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai
Presiden Amerika, dan (3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh
kalimat penjelas mendukung ide pokok, misalnya kalimat (2) Sebelum menjadi
guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika
dilihat dari maksud utama penulisannya yang hendak menerangkan kedudukaannya
sebagai guru, maka “usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam
konteks tersebut. Perhatikan berbaikan paragraf yang salah itu menjadi tiga
paragraf berikut.
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi
juga di mancanegara termasuk Amerika. Di Amerika semua bahasa besar termasuk
bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika. Pernah terlintas
dibenak saya, suatu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia
di Amerika.
Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan
itu diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clinton termasuk Presiden yang
populer.
Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu
pengetahuan maju pesat. Di sana semua bahasa yang besar, termasuk bahasa
Indonesia di pelajari untuk kepentingan politik Amerika.
2.2.2 Kepaduan Paragraf (Koherensi)
Koherensi paragraf akan terwujud jika
aliran kalimat berjalan mulus
dan lancar serta logis. Untuk itu,
cara repetis, jasa kata ganti, kata sambung, serta frasa penghubung dapat dimanfaatkan.
Contoh paragraf yang dibentuk dengan
repetisi kata dan frasa.
Faktur
adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada yang digunakan dengan
kuitansi dan faktur ini disebut faktur berkuitansi. Faktur berkuitansi
cocok dipakai untuk penjualan tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa
kuitansi. Faktur tanpa kuitansi ini dapat dipakai baik untuk penjualan
tunai maupun kredit.
Untuk membangun paragraf di atas, kata kunci
faktur di ulang-ulang untuk memulai kalimat baru (kalimat penjelas). Repetisi seperti
ini tidak terbatas pada kata, tetapi dapat juga pada frasa, seperti frasa
faktur tanpa kuitansi ini yang diulang dari kalimat keempat untuk memulai
kalimat kelima atau kalimat terakhir paragraf tersebut.
Pengulangan
kata kunci seperti yang dicontohkan diatas tidak boleh terlalu sering dilakukan
karena dapat menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada pembaca. Oleh karena itu,
repetisi nama orang, misalnya, hendaklah diselingi dengan kata ganti atau
dengan frasa. Perhatikan contoh paragraf dibawah.
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini
adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Beliau dapat terpilih
menjadi presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan
dapat dikatakan nyaris buta. Presiden keempat Republik Indonesia ini
diawal masa jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan keluar negeri
sehingga mengundang kritik pedas terutama lawan politiknya. Kyai dari Jawa
Timur ini juga sering mengeluarkan pernyataan yanh kontroversial dan
inkonsisten. Akibatnya mantan ketua PBNU ini sering diminta untuk
mengundurkan diri dari jabatannya. Namun Suami dari Sinta Nuriah ini
tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming menghadapi semua ini.
Selain
itu dengan repetisi dan kata ganti, kepaduan dapat dijalin dengan kata atau
frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada beberapa kata dan
frasa penghubung yang dapat dipakai untuk berbagai maksud.
Fungsi
|
Contoh
Kata dan Frasa
|
Menyatakan
hubungan:
a) akibat/hasil
b) pertambahan
c) perbandingan
d) pertentangan
e) tempat
f) tujuan
g) waktu
h) singkatan
|
akibatnya,
karena itu, maka, oleh sebab itu,
dengan demikian, jadi
berikutnya,
demikian juga, kemudian, selain itu,
lagi pula, lalu selanjutnya, tambah lagi
dalam hal yang sama,
lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda
dengan itu
akan tetapi,
bagaimanapun, meskipun begitu, namun, sebaliknya,
walaupun demikian
berdekatan dengan itu,
di sini, di seberang sana, tak jauh dari sana, di
bawah, persis
di depan, di sepanjang
agar,
untuk/guna, untuk maksud itu,
baru-baru ini,
beberapa saat kemudian, mulai,
sebelum, segera, sesudah, sejak,
ketika
singkatnya,
ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata
|
Contoh:
a.
Menyatakan akibat atau hasil
Tenaga kerja di Pulau Jawa, Bali, Madura dan Lombok
kelebihan, sedangkan di pulau-pulau lain kekurangan. Oleh karena itu,
sebagian tenaga kerja dari keempat pulau tersebut dipindahkan kepulau-pulau
lain yang kekurangan tenaga kerja. Dengan demikian, akan terjadi
pemerataan tenaga kerja di Indonesia.
b.
Menyatakan hubungan pertambahan
Deterjen tidak hanya cocok dipakai untuk mencuci bahan
yang kasar, tetapi cocok juga untuk mencuci bahan yang halus seperti sura. Selain
itu, deterjen dapat juga dipakai untuk mencuci perabot dapur. Lagi pula,
perabotan yang dicuci dengan bubuk deterjen ini warnanya tidak pudar.
c.
Menyatakan hubungan perbandingan
Dalam menghormati wanita, tampaknya orang Barat lebih baik dari orang
Timur. Kalau kita perhatikan cara-cara orang Timur, seperti orang Jepang, Cina,
India, Thailand memperlakukan wanita akan timbul kesan bahwa wanita merupakan
“warna negara kelas dua”. Adat Timur umumnya menempatkan wanita sebagai
golongan yang harus mengabdi kepada pria sehingga dalam banyak hal pria menjadi
golongan yang utama. Lalu halnya di Eropa. Orang Barat begitu
mengutamakan wanita. Slogan ”Ladies First” bukan hanya omong kosong yang tak
terbukti. Dalam tata krama Barat kedudukan wanita paling tidak sudah sama
derajatnya dengan pria, walaupun belum dapat dikatakan lebih tinggi.
d.
Menyatakan hubungan pertentangan
Manusia diizinkan Tuhan untuk memanfaatkan semua isi alam
ini termasuk memakan daging binatang. Namun, manusia tidak diizinkan
menyakiti, menyiksa, atau menyia-nyiakan binatang. Siapa iang menyiksa
binatang, berdosa besar. Sebaliknya, siapa yang menolong binatang akan
mendapat pahala.
e.
Menyatakan hubungan tempat
Saat Anda melintasi di Jalan Manggarai Utara, Jakarta
Pusat, persis di depan taman tampak berjajar sembilan tukang jahit.
Mereka berjajar dengan mesin jahit masing-masing yang sebagian besar catnya
terkelupas. Agar dapat bekerja dengan nyaman, mereka berlindung di bawah tenda
plastik. Pemandangan seperti ini pun dapat Anda temukan di sepanjang
Jalan Jatinegara atau Jalan Slamet Riyadi.
f.
Menyatakan hubungan tujuan
Sidang Istimewa MPR akan digelar dan sudah pasti
memerlukan pengamanan. Untuk maksud itu, Pimpinan MPR telah mengirim
surat kepada Panglima TNI, Panglima Kodam V Jayakarta, Pangkostrad dan Kapolri
meminta bantuan pengamanan. Untuk mengamankan SI MPR ini Polri akan
dibantu oleh TNI mengingat jumlah anggota Polri yang terbatas dibanding dengan tugas
kamtib yang diembannya. Agar terjalin koordinasi yang baik, hendaknya
persiapan pengamanan bagi musyawarah para wakil rakyat yang menentukan nasib
bangsa itu dari jauh-jauh hari.
g.
Menyatakan hubungan waktu
Sejak bayi,
Rere selalu kami ajak berkomunikasi. Mulai usia dua minggu, ketika
matanya sudah mulai menatap, kami tidak hanya menganggapnya sebagai bayi,
tetapi “manusia dewasa”. Saat dia pipis, kami selalu memintanya untuk
mengangkat kaki guna memudahkan mengganti popoknya. Beberapa minggu kemudian,
dia mulai paham dengan maksud kami tersebut. Ketika usianya memasuki
minggu ketujuh, Rere tidak hanya paham, tetapi dapat melakukannya. Terkadang
dia sudah mengangkat kakinya, sebelum perintah tersebut kami ucapakan.
h.
Menyatakan hubungan singkatan
Lalu lintas di persimpangan jalan di Jakarta banyak yang
macet dan kacau. Kendaraan berpenumpang, terutama angkutan umum seperti bus
besar, bus sedang, mikrolet saling serobot. Kendaraan yang lebih kecil seperti
bajaj, bemo, bahkan di beberapa tempat ada becak, turut meramaikan persimpangan
jalan. Belum lagi truk, mobil pribadi dan sepeda motor. Pendek kata,
semua jenis kendaraan turut ambil bagian memacetkan persimpangan jalan di
Jakarta.
2.3 Unsur – Unsur Pembentuk Paragraf
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang
membentuk paragraf pada umumnya
diklasifikasikan atas dua macam, yaitu kalimat topik dan kalimat pendukung.
2.3.1 Kalimat Topik
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide
pokok atau gagasan utama paragraf. Gagasan utama (gagasan pokok) merupakan
jiwa dari karangan yang berisi ide dasar masalah yang akan dibicarakan di dalam
paragraf.
Ciri
kalimat topik:
a)
mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan
diuraikan lebih lanjut;
b)
merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;
c)
mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan
kalimat lain;
d)
dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa
transisi.
2.3.2 Kalimat Pendukung
Kalimat
pendukung adalah kalimat yang berisi bahasan yang berhubungan dengan kalimat
utama. Kalimat pendukung berfungsi
menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf.
Ciri
kalimat pendukung:
a) sering merupakan kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri (dari segi arti);
b) arti kalimat ini kadang-kadang baru
jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf;
c) pembentuknya sering memerlukan bantuan
kata sambung dan frasa transisi;
d) isinya berupa rincian, keterangan,
contoh dan data tambahan lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
2.4 Pola – Pola Pengembangan Paragraf
Ada dua perkara penting berkaitan
perkembangan paragraf yaitu, kemampuan dalam memerinci atau menjabarkan gagasan
utama dengan menciptakan gagasan-gagasan penjelas dan kemampuan mengurutkan
secara tepat dan efektif letak gagasan utama dan gagasan penjelasnya.
Secara umum ada
empat pola urutan pengembangan paragraf, yaitu :
2.4.1 Pola Umum – Khusus
Dalam pola ini, gagasan umum atau pokok ditempatkan di
awal paragraf, kemudian disusul gagasan khusus sebagai rincian penjelas. Metode
pengembangan ini disebut juga pola deduktif, dan secara prinsip sama dengan
pola piramida terbalik dalam penulisan berita keras.
2.4.2
Pola Khusus – Umum
Dalam pola ini,
gagasan umum atau pokok ditempatkan di akhir paragraf. Gagasan umum ini
biasanya, berisi sintesa atau kesimpulan atas sejumlah kalimat yang telah
disampaikan terlebih dahulu. Metode pengembangan ini, disebut juga pola
induktif.
2.4.3 Pola Umum – Khusus – Umum
Dalam pola ini, gagasan umum atau
pokok ditempatkan diawal paragraf, kemudian gagasan-gagasan khusus sebagai
rincian penjelas. Namun, sebelum paragraf ditutup, gagasan penting yang telah
disebut diawal paragraf disebutkan lagi untuk memberi penegasan.
2.4.4 Pola Pengembangan Deskriptif
Pola deskriptif dijumpai dalam
karangan deskripsi dan narasi yang isinya menggambarkan secara mendetail suatu
dimensi atau ciri-ciri suatu barang, suasana sebuah tempat, proses kejadian
atau rentetan peristiwa secara faktual atau apa adanya. Penulis tidak
memberikan penilaian atau membuat kesimpulan atas apa yang digambarkan. Penulis
hanya berusaha menghadirkan gambaran sekonkret-konkretnya dan berharap pembaca
dapat membayangkan atau seakan-akan melihat langsung apa yang digambarkan.
Kesimpulan atau penilaian diserahkan kepada pembaca.
Pola Pengembangan Narasi
Paragraf
narasi dapat dikembangkan dengan berbagai pola, antara lain dengan urutan waktu
dan urutan tempat.
a)
Pola Kronologis
(urutan waktu)
Dalam pola ini kejadian-kejadian yang
diceritakan disampaikan dengan urutan waktu, misalnya dari pagi hingga pagi
lagi, dari zaman dulu sampai zaman sekarang, dari permulaan hingga selesai, dan
sebagainya.
b)
Pola Spasial
(urutan ruang)
Dalam pola ini, kejadian-kejadian dalam
paragraf disusun mengikuti bagian-bagian dari suatu tempat. Misalnya, dari
barat ke timur, dari pingir ke tengah, dari dalam ke bagian luar, dan sebagainya.
2.5 Jenis – Jenis Paragraf
Paragraf banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang satu dari
paragraf berdasarkan kelompoknya, berikut ini jenis paragraf akan diuraikan
satu per satu.
2.5.1 Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat
Topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena
berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam
paragraf menjadi penting. Berdasarkan kalimat topik, paragraf dibedakan menjadi
empat macam.
a)
Paragraf Deduktif
Paragraf jenis ini gagasan
utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan dalam
paragraf tersebut diletakkan pada kalimat pertama atau kedua.
Dalam paragraf ini,
ide-ide yang telah dirumuskan dalam kalimat diatur dengan ide yang bersifat
umum dan diletakkan pada kalimat pertama atau kedua dan diikuti ide yang lebih
khusus.
b)
Paragraf Induktif
Paragraf jenis
ini meletakkan gagasan utamanya di akhir paragraf. Penataan ini dengan cara
menyusun ide-ide khusus dan diikuti dengan ide bersifat umum dan biasanya
berupa kalimat simpulan beserta pernyataan pembenarannya.
c)
Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf jenis
ini kalimat pokoknya diletakkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Kalimat
pada akhir paragraf umumnya menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada
awal paragraf.
d) Paragraf Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama
pentingnya sehingga tidak satu pun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik.
Kondisi demikian itu biasa terjadi akibat sulitnya menemukan kalimat topik
karena kalimat satu dengan yang lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini
sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama
dalam karangan fiksi.
2.5.2 Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Berdasarkan sifat isinya,
paragraf dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu
a)
Paragraf Deskriptif
Disebut
paragraf deskripsi karena paragraf itu menggambarkan suatu keadaan dengan cukup
terperinci. Dengan paragraf ini, pembaca seolah-olah menyaksikan atau merasakan
keadaan yang digambarkan itu.
Contoh 1:
Alunan
nada yang membentuk harmonisasi lagu menggema di halaman kampus Universitas
Padjadjaran, Jln. Dipati Ukur, Bandung, Senin (27/8) siang. Lebih dari sepuluh
ribu pasang tangan memainkan alat music tradissional angklung dan memanjakan
ribuan pasang telinga yang mendengarkannya. Mereka begitu kompak. Permainan
mereka begitu memukau para penonton. Acara yang merupakan raangkaian acara Dies Natalis ke-50 Unpad itu membuat
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, ikut terpukau.
Contoh 2 :
Diantara
daun kayu, tampak di depan mereka tebing itu turun ke bawah di kakinya tegak
pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara bahwa dia melindungi manusia
hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-sebentar
sapi mendengus dan binatang-binatang itu pun kelihatan kekabur-kaburan dalam
sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok, keluar cahaya yang
kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu, lenyap dibalut
oleh kelam yang maha kuasa. Di sekeliling pondok itu tertegak pedati, ketiganya
sunyi dan sepi pula.
Kedua
contoh paragraf diatas merupakan contoh paragraf deskripsi. Disebut demikian karena paragraf itu
menggambarkan suatu keadaan dengan cukup terperinci. Dengan paragraf ini,
pembaca seolah-olah menyaksikan atau merasakan keadaan yang digambarkan itu.
Ciri-ciri paragraf deskriptif:
a. Menyajikan
keadaan peristiwa, tempat, benda, atau orang.
b. Menimbulkan
kesan tertentu kepada pembacanya.
c. Banyak
menggunakan kata-kata atau frase yang bermakna keadaan atau sifat.
b)
Paragraf Naratif
Secara
sederhana, paragraf narasi diartikan sebagai paragraf yang berisi cerita atau
kejadian. Lebih jelasnya lagi, paragraf narasi adalah paragraf yang menjelaskan
atau menguraikan suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu.
Contoh :
Ketika
itu, aku sedang bersiap-siap ke sekolah. Tiba-tiba “Berita Pagi” di televisi
menayangkan berita terjadinya kebakaran hebat. Peristiwa itu terjadi di
perumahan dekat sekolahku. Sekitar pukul satu dinihari.
Aku
sangat terkejut dengan berita tersebut mengingat di daerah tersebut banyak
terdapat rumah teman-temanku. Dalam hati, aku berharap semoga tidak ada satupun
temanku yang menjadi korban. Setelah menyaksikan berita itu, aku pun bergegas
menuju sekolah. Ternyata harapanku kandas. Ada empat temanku yang rumahnya
musnah dimangsa si jago merah.
Disebut
paragraf naratif karena tersebut
memiliki tiga unsur utama yang merupakan karakteristik dari narasi: ada
tokohnya, ada latarnya (ruang dan waktu) dan ada urutan kejadiannya.
Berikut
ini merupakan contoh analisis terhadap unsur-unsur dalam paragraf narasi yang
dikemukakan tersebut.
1. Tokoh
: Aku
2. Latar :
a.
Waktu : pukul satu dini hari
b.
Tempat : di perumahan dekat
lingkungan sekolah si aku
3.
Urutan kejadian :
a. Aku sedang bersiap-siap ke sekolah
b. Televisi menayangkan berita kebakaran
c. Kebakaran terjadi di dekat sekolah aku
d.
Empat rumah teman si aku menjadi korban
Tips menulis paragraf narasi:
1. Mendaftar
topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf naratif.
2. Menyusun
kerangka paragraf naratif berdasarkan topik-topik itu dengan pola kronologis
atau spasial.
3. Mengembangkan
kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf naratif.
4. Menyunting
Paragraf dengan memerhatikan kebenaran isinya, ketepatan pola atau susunannya,
serta ejaannya.
Contoh :
Sejak
berpisah dengan perkutut kesayangannya, Mbah Parto sakit. Bukan sakit encok
seperti biasanya, namun sakitnya lebih merupakan sakit rohani ketimbang sakit jasmani.
Tiga bulan yang lalu, burung perkutut yang sudah “kung” itu dibeli Pak Umar.
Sebetulnya Mbah Parto tak hendak melepaskan burung kesayangannya. Namun, karena
Pak Umar mendesak dan meninggikan penawarannya sampai delapan ratus ribu
rupiah, akhirnya Mbah Parto merelakan perkutut itu dibeli. Ia mengira dengan
uang sebanyak itu dia dapat membeli perkutut lagi dan sisanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Akan tetapi, yang terjadi diluar perkiraannya. Semenjak
berpisah dengan burung perkututnya, Mbah Parto justru menderita. Tubuhnya
semakin kurus dan pada akhirnya, jasmaninya pun tak kuat, ia terbaring sakit.
c)
Paragraf Eksposisi
Paragraf
eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi.
Tujuannya agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan dengan
sejelas-jelasnya. Berita-berita yang telah Anda baca terdahulu, terdiri atas
paragraf-paragraf eksposisi. Selain dalam bentuk berita, paragraf eksposisi
dapat Anda temukan dalam buku resep, petunjuk penggunaan, dan laporan ilmiah.
Langkah-langkah menyusun paragraf eksposisi:
a) Menyusun
kerangka paragraf dengan menomori topik-topik itu sesuai dengan urutan yang
Anda kehendaki. Dalam hal ini, bisa saja Anda membuat topik yang Anda anggap
tidak sesuai atau menggantinya dengan topik lain.
b) Mengembangkan
kerangka yang telah disusun menjadi paragraf eksposisi. Dalam tahap ini, Anda
harus menjadikan topik-topik itu menjadi kalimat yang jelas. Anda pun bisa saja
membuat kalimat yang fungsinya sebagai pengikat sehingga kalimat-kalimat itu
terjalin lebih kompak dan padu.
c) Menyunting
paragraf eksposisi yang ditulis teman. Tujuannya untuk mengoreksi
kesalahan-kesalahan dalam paragraf itu, baik yang berkenaan dengan isi
paragraf, susunan kalimat, pemilihan kata atau pun ejaan.
Contoh :
Rombongan ini terbagi menjadi beberapa kelompok.
Paling depan, para siswi imut. Mereka asyik memainkan mayoret, melakukan
koreografi menggunakan bendera masing-masing. Kelompok mayoret ini diikuti oleh
marching band, disusul sejumlah
pelajar yang menempeli tubuh mereka dengan papan bertuliskan hak-hak yang patut
didapat remaja. Rombongan diakhiri dengan sekelompok pelajar yang berbaris di
dalam “selimut” berbentuk spanduk. Spanduk itu berisi petisi berupa tanda
tangan pelajar sejumlah sekolah di Bandung.
d) Paragraf Argumentasi
Kata
argumen dalam istilah paragraf
bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti ‘pemberian alasan yang kuat dan
keyakinan’. Dengan demikian, paragraf
argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan pendapat, alasan, contoh, dan
bukti-bukti yang kuat serta meyakinkan. Tujuannya tentu untuk mempengaruhi
orang lain (para pembaca) sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap dan
keyakinan penulis.
Langkah-langkah menyusun paragraf argumentasi:
a. Menentukan
topik argumentasi. Misalnya, pentingnya tertib berlalu lintas.
b. Menentukan
tujuan berargumentasi berdasarkan topik, seperti :
1) Meyakinkan
pembaca bahwa kelancaran dalam berlalu lintas
dapat diwujudklan dengan cara tertib berlalu lintas.
2) Meyakinkan
pembaca bahwa tertib berlalu lintas merupakan tanggung jawab semua pengguna
jalan.
3) Meyakinkan
pembaca bahwa lalu lintas yang tertib akan memberikan banyak manfaat bagi semua
pihak.
c. Menyusun
kerangka karangan. Caranya dengan mencatat topik-topik kecil sesuai tujuan yang
telah Anda tentukan. Misalnya untuk tujuan yang pertama, Anda dapat menyusun
kerangka sebagai berikut.
Contoh :
Banyak cara dapat
dilakukan untuk menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman dan lancar. Hal
utama adalah setiap pengguna jalan, terutama para sopir, harus menaati
rambu-rambu lalu lintas: berhenti ketika lampu merah menyala, tidak memarkir
kendaraan di tempat-tempat terlarang. Dan para pengendara juga tidak
membunyikan klakson seenaknya untuk menghindari ketersinggungan pihak-pihak
lainnya.
Pertengkaran antarsopir ataupun
dengan pejalan kaki sering terjadi gara-gara bunyi klakson yang menyentak dan
memekakkan telinga. Selain itu kerendahan hati juga perlu dimiliki oleh setiap
pengguna jalan, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada pengendara lain
yang ingin mendahului. Para pejalan kaki juga perlu dihargai, misalnya dengan
memberi kesempatan untuk menyebrang atau dengan memperlambat kendaraan apabila
beriringan dengan mereka. Apabila semua hal itu terlaksana dengan baik,
ketertiban berlalu lintas akan tecipta suasana yang saling menghargai antar
sesama juga pasti akan terbangun.
e) Paragraf Persuatif
Contoh paragraf
persuasif:
Jadi, yang namanya
kegiatan nonakademik sah-sah saja buat dijalankan.
Apalagi kalau dapat memaksimalkan diri sehingga menghasilkan prestasi yang
gemilang. Satu yang mesti Anda ingat, sebagai pelajar kegiatan yang utama Anda adalah
belajar. Anda harus pintar-pintar membagi waktu. Percaya deh, segala kegiatan
positif akan menghasilkan kesuksesan.
Paragraf
persuasif bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar berprestasi di bidang
nonakademik dan giat dalam belajar. Penulis paragraf tersebut berharap pembaca
mau melakukan saran atau pendapat yang disampaikannya itu. Paragraf yang
bercirikan seperti itulah yang dinamakan paragraf
persuasi. Persuasi dapat didefenisikan sebagai paragraf yang bertujuan
untuk memengaruhi, mengimbau, membujuk, atau merayu pembaca sehingga
terpengaruh untuk mengikuti keinginan penulis.
2.5.3 Jenis Paragraf Menurut Fungsi dalam Karangan
Berdasarkan fungsinya dalam
karangan, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu
a)
Paragraf Pembuka
Bertujuan untuk mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan
dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan, paragraf pembuka
harus difungsikan untuk
1) menghantarkan pokok pembicaraan;
2) menarik minat dan perhatian pembaca;
3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk
mengetahui isi seluruh karangan.
b)
Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan
suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan di dalam paragraf pembuka.
Contoh-contoh dan ilustrasi, inti permasalahan dan uraian pembahasan adalah isi
sebuah paragraf pengembang. Paragraf pengembang di dalam karangan dapat
difungsikan untuk
1) mengemukakan inti persoalan;
2) memberi ilustrasi atau contoh;
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya;
4) meringkas paragraf sebelumnya;
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
c)
Paragraf Penutup
Berisi
simpulan bagian (subbab, bab) atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini
sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Paragraf
penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
penyajiannya harus memperhatikan hal berikut.
1) Sebagai bagian penutup, alinea ini tidak boleh
panjang.
2) Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
3) Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya
paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
- Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan
kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain.
- Paragraf yang efektif
harus memenuhi dua syarat, yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
- Unsur-unsur dalam paragraf meliputi, gagasan pokok, kalimat topik dan kalimat pendukung
- Pola pengembangan paragraf,
ada tiga: Pola umum-khusus, Pola khusus-umum dan
Pola umum-khusus-umum
- Jenis-jenis Paragraf
terbagi menjadi tiga;
1. Menurut
posisi kalimat topiknya; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf
deduktif-induktif dan paragraf penuh kalimat topik
2. Menurut
sifat isinya; paragraf deskriptif, paragraf naratif, paragraf eksposisi,
paragraf argumentasi dan paragraf persuasi
3. Menurut
fungsinya; paragraf pembuka, paragraf pengembang dan paragraf penutup
3.2
Saran
Ketika kita ingin membuat atau menulis paragraf hendaknya
mempelajari tahapan-tahapan dan mengikuti tips-tipsnya membuat atau menulis
paragraf. Agar paragraf yang kita tulis baik dan benar serta menarik pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Finoja, Lamuddin. 2001. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Harianta,
Agus dan surianto, Alex. 2007. Panduan
Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII. Tanggerang: Erlangga.
Kosasih,
Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Gemilang. 2006. Bahasa Indonesia
Untuk SMA/MA Kelas XII Semester 2. Palur: Cipta Pustaka.
Anugrahany, Ary dkk. 2008. Bahasa
dan Sastra INDONESIA 3 SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial.
Malang: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar