Sabtu, 02 April 2016

Makalah Psikologi Umum: INTELIGENSI



BAB I
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Inteligensi
          Inteligensi berasal dari bahasa Inggris  Intelligence yang berarti kecerdasan, intelijen, atau keterangan-keterangan.[1] Kata inteligensi juga berasal dari bahasa Latin yaitu Intellectus dan Intelligentia. Sedangkan kata Intelligentia itu sendiri berasal dari kata inter yang berarti diantara dan lego berarti memilih.[2] Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.[3] Sedangkan dalam bahasa Indonesia sering diucapkan bahwa intélijen adalah orang yg bertugas mencari (meng-amat-amati) seseorang; dinas rahasia. [4]
          Teori tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan Nous sedangkan penggunaan kekuatannya disebut  Noeseis. [5]
Inteligensi menurut istilah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
a.         Keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. (John W Santrock)
b.         Kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. (David Wechsler)
c.         Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).(Alferd Binet,1857-1911 & Theodore Simon )
d.        Kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. (William Stern) Menurut dia inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli bernama Prof. Weterink (Mahaguru di Amsterdam) yang berpendapat, belum dapat dibuktikan bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih.
e.         Kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. (David Wechsler)
f.          Kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. (Howard Gardner)
g.         Kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. (Lewis Madison Terman, 1921)[6]
h.         Kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. (Edward Lee Thorndike,1913)
i.           Tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. (H. H. Goddard, 1946)
j.           Inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. (V.A.C. Henmon)
          Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru.
Dari berbagai pendapat dapat diatas disimpulkan bahwa inteligensi adalah:
1.    Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar)
2.    Kemampuan berfikir secara abstrak
3.    Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional
4.    Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman
5.    Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari
6.    Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik,
7.    Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual
8.    Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasi-situasi baru
9.    Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya.
            Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
B.      Ciri – Ciri Inteligensi
1.             Suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional (inteligensi dapat diamati secara langsung).
2.             Tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.
Ciri – ciri tingkah laku yang inteligensi menurut Effendi dan Praja (1993):[7]
1)        Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
2)        Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat – alat yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan baik.
3)        Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga, ketangkasan, dan kepatuhan.
4)        Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5)        Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang, gairah, penuh kepercayaan, akan sukses/optimal.
6)        Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7)        Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
8)        Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.      
C.      Tingkat-Tingkat Inteligensi
1.         Kecerdasan Binatang
Pada mulanya banyak orang berkeberatan digunakan istilah inteligensi pada binatang, karena mereka hanya mau menggunakan istilah itu pada manusia saja. Menurut hasil penyelidikan para ahli, ternyata bahwa kecerdasan itu bertingkat-tingkat.[8] Tetapi pendapat yang menolak istilah tersebut dapat dijelaskan dengan contoh percobaan berikut.
W. Kohler (Ahli Ilmu Jiwa Jerman ) menggunakan seekor kera sebagai percobaannya, kera tersebut dikurung di dalam kandang dan diluar kandang diletakkan sebuah pisang yang jauh jaraknya. Dalam kandang diletakkan sebuah tongkat. Kera mencoba meraih-raih pisang berkali-kali tetapi tidak berhasil, akhirnya kera tersebut menggunakan tongkat untuk mengambil pisang. W. Kohler melakukan percobaan ke 2 : tetap menggunakan seekor kera yang dikurung di dalam kandang dan sebuah pisang yang jauh letaknya. Tetapi kali ini Kohler meletakkan 2 batang tongkat dan memperjauh letak pisang. Saat kera tidak bisa menjangkau pisang dengan 1 tongkat, maka kera tersebut menggunakan 2 tongkat.
Kesimpulan dari 2 percobaan tersebut yaitu kera mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan, padanya timbul sesuatu yang baru, ialah yang tidak terkandung didalam bentuk kelakuan naluri. Kera dapat menolong dirinya dalam sesuatu yang asing baginya. Maka kelakuan dapat disebut kelakuan intelegen, dan kesanggupannya disebut intelegensi. Kecerdasan pada binatang ini sangat terbatas, yakni terikat pada suatu yang konkret. [9]
2.         Kecerdasan Anak-anak
   Yang dimaksudkan anak-anak di sini adalah anak-anak kecil lebih kurang umur 1 tahun dan belum dapat berbahasa. Kecerdasan anak-anak dipelajari terutama berdasarkan percobaan yang telah dipraktekkan dalam menyelidiki kecerdasan binatang. Usaha-usaha memperbandingkan perbuatan kera dengan anak-anak kecil membantu para ahli dalam mengadakan penyelidikan terhadap kecerdasan anak.
   Hasil penyelidikan Buotan memberi kesimpulan :  tingkat anak-anak kecil yang berumur ±1 tahun kecerdasannya hampir sama dengan kera. Sebagain soal yang di hadapkan pada kera dapat diselesaikan oleh anak-anak.  Kemampuan mempergunakan bahasa merupakan garis pemisah antara hewan dan manusia.  Anak yang sudah dapat berbicara, lebih cepat memperoleh penyelesaian tentang masalah yang dihadapi.  Dalam segala pernyataan fungsi jiwa, bahasa merupakan suatu momen yang sangat penting.[10]
3.         Kecerdasan Manusia
Sesudah anak dapat berbahasa tingkat kecerdasan anak lebih tinggi daripada kera. Tingkat kecerdasan manusia (bukan anak-anak) tidak sama dengan kera dan anak-anak.
Beberapa hal yang merupakan ciri kecerdasan manusia antara lain:
a.         Penggunaan Bahasa
       Kemampuan berbahasa mempunyai faedah yang besar terhadap  perkembangan pribadi, antara lain;
-          Manusia dapat menyatakan isi jiwanya (fantasi, pendapat, perasaan dan sebagainya).
-          Manusia dapat berhubungan dengan sesama, tingkat hubungannya selalu maju dan masalahnya selalu meningkat
-          Manusia dapat membeberkan segala sesuatu, baik yang lalu, yang sedang dialami, dan yang belum terjadi, baik mengenai barang-barang yang konkret maupun hal-hal yang abstrak
-          Manusia dapat membangun kebudayaan.

b.         Penggunaan Perkakas
          Kata Bergson, perkakas adalah merupakan sifat terpenting daripada kecerdasan manusia, dengan kata lain: perkataan, perbuatan cerdas manusia dicirikan dengan bagaimana mendapatkan, bagaimana membuat dan bagaimana mempergunakan perkakas.
          Perkakas adalah sifat, tetapi semua alat merupakan perkakas. Alat merupakan perantara antara makhluk yang berbuat atau objek yang diperbuat. Perkakas mempunyai fungsi yang sama, tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas. Perkakas adalah objek yang telah dibuat/dibulatkan dan diubah sedemikian rupa sehingga dengan mudah dan dengan cara yang tepat dapat dipakai untuk mengatasi kesulitan atau mencapai suatu maksud.[11]
          Adapun kecerdasan atau inteligensi manusia mempunyai implikasi sebagai suatu kemampuan adalah sbb :
a.    Kemampuan mengklasifikasi pola – pola objek
          Seorang yang normal adalah orang yang mampu dalam mengklasifikasikan stimulasi-stimulasi yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun
b.    Kemampuan beradaptasi (kemampuan belajar)
          Kemampuan beradaptasi merupakan suatu kemampuan yang harus manusia miliki dalam kehidupannya dan kemampuan beradaptasi ini menentukan inteligensi atau kecerdasan seseorang apakah inteligensinya tinggi atau rendah
c.  Kemampuan menalar secara deduktif
          Yaitu kemampuan menalar atau melogikan sesuatu dari kesimpulan menjadi paparan yang detail
d.  Kemampuan menalar secara induktif
          Yakni kemampuan penalaran atau melogikakan sesuatu yang berupa paparan atau penjelasan menjadi suatu kesimpulan yang mewakili.
e.  Kemampuan mengembangkan konsep
          Yaitu kemampuan seseorang memahami suatu cara kerja objek atau fungsinya dan kemampuannya bagaimana menginterpretasikan suatu kejadian
f.  Kemampuan memahami
          Kemampuan memahami adalah kemampuan seseorang dalam melihat adanya hubungan atau relasi didalam suatu masalah dan kegunaan-kegunaan hubungannya bagi pemecahan masalah tersebut.
D.      Macam-Macam Inteligensi[12]
1.       Inteligensi Terikat dan Bebas
          Inteligensi terikat adalah inteligensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Misalnya inteligensi binatang dan anak-anak yang belum berbahasa.
          Inteleginsi bebas terdapat pada manusia yang berbudaya dan berbahasa. Dengan inteligensinya orang selalu ingin mengadakan perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan sudah dapat dicapai, manusia ingin mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih maju.
2.      Inteligensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif)
          Inteligensi menciptakan (kreatif) ialah kesanggupan menciptakan tujuan-tujuan baru dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Inteligensi keatif menghasilkan pendapat-pendapat baru seperti : kereta api, radio, listrik dan kapal terbang.
          Inteligensi meniru (eksekutif), yaitu kemampuan menggunakan dan mengikuti pikiran atau hasil penemuan orang lain, baik yang dibuat, diucapkan maupun yang di tulis.
Ada beberapa macam inteligensi yang lain, diantaranya :[13]
a.             Inteligensi Keterampilan Verbal
          Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip, contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singa dan Harimau”? Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
b.             Inteligensi Keterampilan Matematis
          Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
c.              Inteligensi Kemampuan Ruang
          Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
d.             Inteligensi Kemampuan Musical
          Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music.
e.              Inteligensi Keterampilan Kinestetik Tubuh
          Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.`
f.               Inteligensi Keterampilan Intrapersonal
          Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
g.             Inteligensi Keterampilan Interpersonal
          Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
h.             Inteligensi Keterampilan Naturalis
          Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
i.               Inteligensi Emosional
          Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan adaftif (seperti memahami persfektif orang lain).

E.      Faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi
a.             Pengaruh Faktor Pembawaan
          Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam inteligensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
          Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (+0,50) orang yang kembar (+0,90) yang tidak bersanak saudara (+0,20), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya (+0,10 – +0,20).[14]
b.             Pengaruh Faktor Lingkungan
          Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan inteligensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka). Lingkungan yang berpengaruh terhadap inteligensi, yaitu  lingkungan keluarga dan pengalaman pendidikan.
c.              Stabilitas Inteligensi Dan IQ
          Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.[15]
d.             Pengaruh Faktor Kematangan
          Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
e.              Pengaruh Faktor Pembentukan
          Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah) dan pembentukan yang tidak disengaja (pengaruh alam disekitarnya).
f.               Minat Dan Pembawaan Yang Khas
          Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
g.             Kebebasan
          Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan inteligensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang.
          Selain itu, gejala-gejala jiwa dan fungsi-fungsi jiwa sangatlah mempengaruhi tindakan intelegen seseorang. Misalnya :
a.    Pengamatan, yakni kalau seseorang berada dalam satu situasi yang harus mengambil tindakan yang intelegen maka dia harus memiliki fungsi pengamatan yang baik.
b.    Tanggapan dan Daya Ingatan, yakni bahwa seseorang yang memiliki tanggapan daya ingatan yang baik akan lebih mudah untuk memecahkan persoalan.
c.    Fantasi, yakni seseorang yang kaya fantasi akan dapat melihat lebih banyak kemungkinan pemecahan masalah yang tidak terlihat oleh orang lain.
1)   Berfikir
2)   Kehendak dan Perasaan
3)   Perhatian, dan
4)   Sugesti, yakni bahwa seseorang yang berbuat intelegen haruslah membebaskan diri dari pengaruh ataupun sugesti orang lain.[16]
F.      Teori – Teori Inteligensi
1.             Teori Faktor
            Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua factor dalam kemampuan mental manusia. Yakni :
a.    Faktor umum “g” (general factor), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika).
b.    Faktor khusus “s” (special factor), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal-soal perkalian atau penambahan dalam matematika).
Spearman berpendapat, tiap tingkah laku dimungkinkan atau didasari oleh dua faktor, yaitu: faktor g dan s tertentu. Faktor g itu berfungsi pada tiap tingkah laku, jadi yang berfungsi pada tingkah laku - tingkah laku yang berbeda itu adalah faktor g yang sama dan fakor s yang tidak sama.[17]
Disamping kedua macam faktor tersebut, menurut Cyrill Burt masih ada lagi faktor ketiga, yaitu faktor kelompok “c” (common factor). Faktor c ini adalah faktor yang berfungsi pada sejumlah tingkah laku, tetapi tidak pada semua tingkah laku. Jadi, faktor itu lebih luas dari pada faktor s , tetapi lebih sempit daripada faktor g. [18]
2.             Teori Struktural Intelektual
            Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam proses psikologis yang terlibat (operation), isi atau materi yang diproses  (content), dan bentuk informasi yang dihasilkan (product).[19] penjelasannya adalah sbb :
a.    Operation (Aktivitas Pikiran Atau Mental)
-       Cognition, yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”.
-       Memory, yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya
-       Divergent production, yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita.
-       Convergent production, yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS.
-       Evaluation, yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir logis
b.    Content (Isi Informasi)
-       Visual, yaitu informasi-informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh mata.
-       Auditory, yakni informasi-informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga).
-       Simbolic, yaitu item-item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item-item yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya
-       Sematic, biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada symbol – symbol kata.
-       Behavioral, yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu yang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.
c.    Product (Bentuk Informasi Yang Dihasilkan)
-       Units, yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi music atau cetakan kata.
-       Classes, yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil.
-       Relations, yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan Ani.
-       Systems, yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV.
-       Transformations, yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi
-       Implications, yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.
3.             Teori Kognitif
            Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya :
a.    Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas.
b.    Komponen kinerja adalah proses-proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas
c.    Komponen perolehan pengetahuan adalah proses-proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan 
4.             Teori Inteligensi Majemuk (Multiple Intelligences)
            Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami,antaranya:[20]
a.         Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi kata-kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi.
b.        Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan memanipulasi sistem-sistem angka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika.
c.         Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah.
d.        Inteligensi musik (musical intelligence)adalah kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni.
e.         Inteligensi gerak-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet.
f.         Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan-perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya, contohnya ahli sufi dan agamawan.
g.        Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan-perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiater.
G.     Pengukuran Intelegensi[21]
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali diberi nama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang, mengulang deretan angka-angka, memperbandingkan berat timbangan, menceriterakan isi gambar-gambar, menyebutkan nama bermacam macam warna, menyebut harga mata uang, dan sebagainya.
Dengan tes semacam inilah usia seseorang diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak. Test ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS ( Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC ( Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.        Kesimpulan
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan inteligensi adalah suatu kemampuan mental ataupun rohani yang melibatkan proses berpikir secara rasional untuk meyesuaikan diri kepada situasi yang baru. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Inteligensi sebagai sebuah kemampuan yang tertanam dalam diri masing-masing individu dapat ditumbuh kembangkan dengan berbagai cara agar dapat membantu sebagai daya berpikir yang ada dalam diri setiap individu manusia. Karena tanpa adanya inteligensi maka pendidikan hampir mustahil untuk dilaksanakan.
B.        Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan dalam pengembangan inteligensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada pengembangan inteligensi sehingga kreativitas anak-anak didik mengalami kemajuan dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari diri saya. Penyusun sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1983. Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Echols, John M. dan Shadily, Hassan. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.
https://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/ (Dikutip tanggal 19 Oktober 2015, pukul 16.10)
Jayadi, Loekman. 1985. Kamus Lengkap 950 Juta. Surakarta:Nusantara.
Nasution, Fauziah. 2011. Psikologi Umum. Fakultas Tarbiyah: IAIN SU.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali.



[1] John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia, 2005) hlm.326.
[2] Loekman Jayadi, Kamus Lengkap 950 Juta, (Surakarta:Nusantara,1985) hlm. 159.
[4] http://riomahendraoke.blogspot.co.id/2012/10/makalah-psikologi-umum-intelenjensi.html
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV.Rajawali,1987), hlm.129
[8] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Surabaya:PT. Bina Ilmu,1983), hlm. 177
[11] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983).hlm.179
[12] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983).hlm.181
[13] http://rudisiswoyoalfikir.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-intelegensi-kecerdasan.html
[14] Fauziah Nasution, Psikologi Umum, (Fakultas Tarbiyah: IAIN SU, 2011), hlm.47-48.
[17] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV.Rajawali,1987), hlm.131
[18] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV.Rajawali,1987), hlm.133.
[19] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV.Rajawali,1987), hlm.135.
[21] http://riomahendraoke.blogspot.co.id/2012/10/makalah-psikologi-umum-intelenjensi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar