Sabtu, 02 April 2016

PENYUSUNAN TEKS PIDATO



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Menyusun atau membuat suatu pidato pada dasarnya merupakan suatu rangkain kegiatan mengungkap rangkaian  hasil pemikiran dalam bentuk tulisan dimana dengan memenuhi kriteria   dan etika cara membaca  pidato. Oleh karena itu, sebelum seorang membaca pidato menuangkan hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, dia lebih dahulu harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan berpidato. Secara umum, setiap berpidato memiliki unsur- unsur yakni merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai.
            Pidato biasanya disampaikan dalam acara-acara resmi. Menyiapkan terlebih dahulu materi yang akan disampaikan agar berpidato lebih baik. Dan topik yang akan disampaikan hendaknya menarik perhatian pembicara dan pendengar.
1.2  Rumusan Masalah
       1.      Bagaimana pengertian pidato?
       2.      Bagaimana metode pidato?
       3.      Bagaimana teknik penyusunan bahan pidato?
       4.      Bagaimana persiapan penyajian pidato?
       5.      Bagaimana praktik pidato?

1.3  Tujuan Permasalahan
1.      Untuk mengetahui pengertian paragraf. 
2.      Untuk mengetahui metode pidato metode pidato. 
3.      Untuk mengetahui teknik penyusunan bahan pidato. 
4.      Untuk mengetahui persiapan penyajian pidato.
5.      Untuk mengetahui praktik pidato.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pidato
                Pidato adalah salah satu bentuk cara penyampaian atau pengungkapan pikiran secara lisan dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak; atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak.
            Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event lainnya. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik/umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan pidato umumnya, melakukan beberapa hal berikut ini.
a.    Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
b.    Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
c.    Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-jenis pidato berdasarkan pada sifat dari isi pidato dapat dibedakan menjadi:
1)        Pidato Pembukaan
Yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau MC.
2)        Pidato Pengarahan
Yaitu pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3)        Pidato Sambutan
            Yaitu pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4)        Pidato Peresmian
            Yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5)        Pidato Laporan
       Yaitu pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6.        Pidato Pertanggungjawaban
       Yaitu pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
Jenis pidato berdasarkan tujuannya, antara lain:
1.    Pidato Persuasif
            Pidato ini bersifat mendorong atau mengajak dan reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi, agar pendengar menyetujui atau meyakini dan mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengarnya.
2.    Pidato Informatif (Instruktif)
            Pidato ini bersifat memberitahukan atau mengabarkan dan reaksi yang diinginkan adalah adanya dan pemahaman pendengar atas suatu informasi
3.    
Pidato Rekreatif
            Pidato ini bersifat menghibur dan reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu kegembiraan.

2.2  Metode Pidato
Ada empat metode dalam berpidato yang sering digunakan, yaitu impromptu, ekstemporan, naskah dan menghafal.
2.2.1    Metode Impromptu (Serta Merta)
            Metode pidato impromptu adalah membawakan pidato tanpa persiapan yang hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Dalam metode ini, pembicara menggunakan cara spontanitas (improvisasi). Biasanya, metode ini digunakan untuk pidato yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
          Kelebihan metode impromptu adalah bahasa yang digunakan singkat, sehingga tidak membosankan dan pembicara bebas dalam memilih topik bahasan tetapi tepat sesuai acara. Sedangkan, kelemahan metode impromptu adalah terkadang meteri yang disampaikan tidak secara urut/sistematis dan kemungkinan ada hal-hal yang terlupa karena sifatnya mendadak tanpa persiapan.
2.2.2    Metode Ekstemporan (Penjabaran Kerangka)
            Metode pidato ekstemporan merupakan teknik berpidato dengan menjabarkan materi yang terpola. Maksud terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan garis besarnya dengan menuliskan hal-hal yang di anggap penting.
            Kelebihan metode ekstemporan yaitu materi yang di sampaikan dapat di ungkapkan secara terurut dan sistematis. Sedangkan, kelemahan metode ekstemporan adalah terlihat seakan-akan kurang siap karena perlu menunduk untuk melihat catatan.
2.2.3    Metode Naskah
            Metode pidato naskah adalah berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya. Metode ini biasanya digunakan dalam pidato resmi dimana pembicara selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi akan di sebarluaskan dan dijadikan figur masyarakat serta dikutip oleh media massa.
            Kelebihan metode naskah yaitu pidato terencana dengan baik, lengkap dan sistematis. Sedangkan, kelemahan metode naskah adalah membosankan, interaksi dengan pendengar kurang dan terlihat kaku karena mata pembicara selalu melihat naskah.
2.2.4    Metode Menghafal (Tanpa Teks)
            Metode pidato menghafal yaitu menghafal suatu rencana pidato yang telah dibuat sebelumnya.
            Kelebihan metode menghafal adalah melatih daya ingat dan tersusun sistematis. Sedangkan, kelemahan metode menghafal adalah bila terjadi lupa akan mempengaruhi isi pidato dan mungkin akan menggangu konsentrasi pendengar.
2.3  Teknik Penyusunan Bahan
            Teknik menyusun naskah pidato mencangkup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu:
2.3.1.   Prinsip-Prinsip Penyusunan Pidato
            Banyak cara menyusun pesan pidato, tetapi semuanya harus didasari dengan tiga prinsip komposisi. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi se­luruh organisasi pesan. Prinsip-prinsip ini ialah kesatuan, pertautan dan titik-berat.
A.    Kesatuan (Unity)
            Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Kesatuan meliputi dalam isi, tujuan dan sifat (mood).
a.    Isi
       Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang.
b.  Tujuan
Komposisi juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di an­tara yang tiga, antara lain menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi (harus dipilih). Dalam pidato mempengaruhi (persuasif) boleh saja kita menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu menambah daya persuasi pembicaraan. Bila cerita lucu itu tidak ada hubungannya dengan persuasi, betapa pun menariknya ia harus kita buang.
c. Sifat
Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, formal, anggun atau bermain-main. Jika kita memilih sifat formal, maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh uraian. Ini menentukan pemilihan bahan, gaya bahasa atau pemilihan kata-kata. Misalnya dalam suasana informal, gaya pidato seperti bercakap (conversational) dan akrab (intimate).
            Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan saja diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal yang mubazir. Sering kali orang digoda untuk memasukkan bahan yang menarik, walaupun kurang berfaedah. Kurangnya kesatuan akan menyebabkan pendengar menggerutu, “ngawur” bertele-tele, tidak jelas apa yang dibicarakan, “meloncat-loncat”.
      
      B.     Pertautan (Coherence)
            Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mam­pu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya di­sebabkan perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata yang jelek.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara:
a)    Ungkapan Penyambung (connective phrases)
            Ungkapan penyambung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian. Ungkapan tersebut seperti: karena itu, walaupun, jadi, selain itu, sebaliknya, misalnya, sebagai contoh dengan perkataan lain, sebagai ilustrasi, bukan saja..., tetapi juga..., tidak berbeda dengan ini..., akibat semuanya ini..., dan yang terpenting dari semuanya ini..., hal-hal tersebut perlu diperhatikan..., demikian..., contoh berikutnya ialah..., dst.
b)   Paralelisme
            Paralelisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan. Misalnya, “Pemuka masyarakat memiliki ciri-ciri, yaitu ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan lebih tinggi, ia mempunyai status yang lebih terhormat dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain”.
c)  Gema (echo)
            Gema (echo) ialah kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Contohnya, Ketiga hal tersebut menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Yang disebut terakhir, yaitu masyarakat amat banyak pengaruhnya, tetapi amat sedikit mendapat perhatian.
            Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata, kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu.
   
      C.    Titik Berat (Emphasis)
            Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukkan mereka pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititik beratkan, atau ditekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya. Dapat pula didahului dengan keterangan penjelas seperti “Akhirnya sampailah kepada inti pembicaraan saya”, “Saudara-saudara, yang terpenting bagi kita ialah...”, dan sebagainya.

2.3.2    Sistematika Konsep Pidato
      A.    Menyusun Pesan Pidato
            Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan menciptakan suasana yang favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas sehingga memudahkan pengertian, mem­pertegas gagasan pokok dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut inti pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut organisasi pesan (message organization) dan yang ke­dua pengaturan pesan (message arrangement).
1. Organisasi pesan (message organization)
            Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial dan topikal.
            Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpul­an dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Bila kita menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan merokok, lalu menguraikan alasan-alasannya, kita menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila kita menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter dan kita menyimpulkan bahwa rokok berbahaya, urutan induktif kita ikuti.
            Dalam urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Mungkin kita memulainya dari satu waktu tertentu kemudian maju ke muka atau ke belakang.
            Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab. Bila seorang dokter menjelaskan arterioclerosis dari sebab-sebabnya kepada gejala-gejalanya, ia mengikuti urutan pertama. Tetapi bila ia berangkat dari gejala-gejala arterioclerosis seperti adanya seperti adanya deposit cholesterol, penyempitan saluran darah, permukaan salur­an yang kasar dan menjelujuri penyebab-penyebabnya, ia mulai dari akibat ke sebab.
            Dalam urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan kalau pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi.
            Dalam urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing. Menguraikan komunikasi dapat dimulai dari komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa (klasifikasi topik). Menje­laskan suatu organisasi biasanya diawali dengan keadaan pimpinan, pembantu-pembantunya dan lalu anak-buahnya (penting ke tidak penting).
2. Pengaturan pesan (message arrangement)
            Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu menyesuaikan organisasi ini dengan cara berpikir khalayak. Proses berpikir dalam susunan sebagai berikut.
-   Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan
-   Pengenalan masalah atau kebutuhan
-   Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari pcnyelesaian terbaik
-   Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan
-   Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan masalah
            Beberapa tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator dalam mempengaruhi khalayak, yaitu perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengesahan. Tahap pertama yang dilakukan pembicara ialah merebut perhatian khalayak dengan menggunakan berbagai macam daya tarik. Perhatian harus dipertahankan dengan membangkitkan minat khalayak. Di sini digunakan cerita lucu, penggunaan bahasa yang baik, dan hal-hal lain­nya yang menimbulkan tambahan perhatian. Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat dan merebut keyakinan melalui mani­pulasi emosi yang ditampilkan dalam bentuk argumentasi logis. Pada tahap terakhir khalayak harus ditunjukkan kepada arah tindakan dengan sifat, waktu, tempat dan cara yang telah ditentukan.
B.  Membuat Garis-Garis Besar Pidato
            Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, seperti juga garis besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” pidato.
1)   Ciri-Ciri Garis Besar
            Bentuk garis besar bermacam-macam, tetapi ada pedoman yang sama untuk membuat garis besar yang baik.Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif kita dapat membaginya menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada pengantar, yaitu kebutuhan pemuasan, dan visualisasi. Sedangkan pada isi, yaitu tindakan pada penutup pidato.
2)   Macam-Macam Garis Besar
            Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, ada tiga macam garis besar, yaitu garis besar lengkap (full­content outline), garis besar singkat (key-word outline) dan garis besar alur teknis (outline of technical plot).
a.    Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan di bawahnya disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian. Dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi pidato itu secara keseluruhan.
b.    Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja, digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato. Di dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak dapat membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk memeriksa dan meneliti teknik-teknik pidato.
c.   Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-­teknik pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan sebagainya.

            Menurut A.H. Hasanuddin, lima pentahapan dalam menyusun pidato perlu mendapat perhatian kita, agar benar-benar punya makna dan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar.
1.    Pencarian bahan/pengumpulan bahan yang selektif dan relevan dengan tema.
2.    Penyusunan kerangka yang sistematis
3.    Pengkoreksian terhadap gaya bahasa, redaksional, dan rumusan kata-kata yang dipergunakan.
4.    Memoria sebagai renungan ulang sehingga terkuasai sepenuhnya.
5.    Pronunciato (mempelajari/melatih ucapan, intonasi, nada, humoria dan semangat).
Adapun yang harus disadari dalam menjalankan tugas persuasion antara lain :
-       Pembicara sadar apakah tujuan dari yang dikemukakan dalam pembicaraannya.
-       Pembicara disamping sebagai subjek sekaligus sebagai objek yang tanggap terhadap refleksi serta reaksi para pendengar.
-       Pembicara harus mampu menyesuaikan diri sehingga tidak terasing dari/bagi pendengarnya
            Menurut A. H. Hasanuddin, teks dibuat sekitar dua ribu kata atau delapan halaman dengan satu setengah spasi. Pidato sangat ideal sekali-kali diucapkan dengan tanpa membaca teks, dengan catatan tidak jauh berbeda atau bertentangan dengan teks yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2.4       Persiapan Penyajian  
            Persiapan penyajian pidato mencakup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu:
2.4.1.   Menentukan Topik
            Topik pembicaraan merupakan persoalan yang dikemukakan. Topik yang akan disampaikan hendaknya menarik perhatian pembicara dan pendengar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika hendak menentukan topik pidato:
a.    Kesesuaian topik dengan latar belakang pengetahuan, wawasan dan minat
b.    Kesesuaian topik dengan pengetahuan dan minat
c.    Memiliki ruang lingkup  dan pembatasan
d.    Kesesuaian topik dengan waktu dan situasi
e.    Ditunjang dengan bahan lainnya
2.4.2.   Menentukan Tujuan Pidato
            Adapun tujuan pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar.
2.4.3.   Menganalisis Pendengar dan Situasi
            Menganalisis pendengar dan situasi yang dilakukan untuk mengetahui siapa pendengarnya dan dalam situasi apa pidato itu akan disampaikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis pendengar yaitu maksud pengunjung mendengarkan uraian pidato, adat kebiasaan atau tata cara kehidupan pendengar dan tempat acara berlangsung.
2.4.4    Memilih dan penyempitkan topik.
            Topik yang telah ditentukan hendaknya dikaji kembali. Jika topik itu terlalu luas, dapat dibatasi dengan menyempitkannya kembali sehingga pembahasan lebih terfokus dan pembahasan lebih terarah.
2.4.5.   Mengumpulkan Bahan
            Untuk dapat menyusun naskah pidato, maka harus mengumpulkan bahan yang diperlukan sesuai dengan topik pembicaraan. Banyak sumber yang dapat dijadikan bahan pidato, seperti bahan bacaan, hasil mendengarkan atau pengalaman yang berkesan. Penyusunan dan pengumpulan data diusahakan harus seakurat mungkin yaitu sesuai fakta, ilustrasi, ceita atau pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato agar lebih maksimal. Seharusnya penyusun harus banyak bertanya kepada pihak-pihak yang mengetahui persoalan tersebut. Pengetahuan pembicara beserta semua bahan-bahan tersebut akan memungkinkan pembicara berbicara dengan baik.
2.4.6.   Membuat Kerangka Pidato
            Bahan-bahan yang telah kita peroleh disusun sesuai dengan kerangka uraian. Seorang pembaca harus menentukan pokok-pokok pemasalahanya, sehingga dapat merencanakan kerangka pidatonya secara terperinci. Kerangka pidato memang harus disusun secara terperinci supaya menimbulkan keyakinan tentang kesatuan koherensinya. Struktur penulisan naskah pidato terdiri atas bagian salam atau sapaan pembuka, pembuka, isi, penutup, dan salam penutup
Perhatikan contoh kerangka pidato berikut.
Tema (topik/judul) :
1.    Salam Pembuka
2.    Pembuka
2.1. Mukaddimah (bersifat tradisional religius)
2.2. Penghormatan
2.3. Ucapan Syukur
3.    Isi
3.1. Pendahuluan (ungkapan yang menyangkut tema/topik/judul yang dihubungkan dengan hal-hal yang telah berlalu, kenyataan masa kini dan sorotan masa yang akan datang)
3.2. Permasalahan (faktor apa dan bagaimana masalah yang menyangkut tema topik/judul)
3.3. Uraian Pembahasan
a.    Faktor Penunjang (hal-hal yang positif)
b.    Faktor penghambat (hal-hal yang negatif)
c.    Langkah/Usaha (sebagai jalan keluar atau sebagai kemungkinan pemecahannya)
4.  Penutup
4.1. Kesimpulan  (inti dari uraian pembahasan masalah)
4.2. Seruan/saran/harapan.
5.  Salam Penutup (bersifat tradisional religius)
2.4.7.   Menguraikan Isi Pidato Secara Mendetail
            Menguraikan secara mendetail dalam penyusunan naskah hendaknya menggunakan kata-kata yang tepat dan efektif sehingga memperjelas uraian. Langkah terbaik dalam berpidato tergantung pada pembawaan dan kesanggupan setiap orang yang bersangkutan serta suasana yang ada pada waktu itu. Namun teryata terdapat dua cara yang sering digunakan, yaitu :
a.    Pidato bebas dengan sekali-kali melihat kerangka yang sudah disusun untuk menjamin keteraturan dan tidak terdapat ide-ide yang terlangkahi.
b.    Menggarap pidato tersebut dengan disusun kata-kata secara lengkap dan terperinci selanjutnya tinggal dibacakan saja.
2.5  Praktik Pidato
a.    Biasanya dipraktikkan oleh pemimpin organisasi kepada anak buah organisasinya.
b.    Dipraktikkan oleh pemimpin atau pejabat negara guna mempermudah adanya komunikasi sehingga terciptanya keadaan yang demokratis.
c.    Dipraktikkan untuk menenangkan massa atau khalayak ramai
d.   Biasanya seorang pemimpin atau orang yang berpengaruh diwajibkan untuk menguasai teori pidato.
Banyak orang yang sering menghindari pekerjaan yang didepan banyak umum karena memiliki banyak alasan seperti takut memalukan dan selalu tidak kuat menahan serangan demam panggung. Maka dari itu, agar kita tidak demam panggung dan bisa percaya diri untuk berpidato, ada beberapa tips agar tidak tegang dalam berpidato.
1.    Singkat; jangan berpidato terlalu lama dan membuang waktu, karena pendengar akan merasa bosan. Buatlah durasi pidato itu yang langsung ke permasalahanya agar penonton tidak bosan lagi.
2.    Sederhana; biasanya mereka mendengar pidato kalian yang paling penting saja atau hanya satu atau dua ide kalian. Mereka tidak pernah mendengar semua ide-ide anda. Kalau kalian tidak bisa mengekspresikannya ide penting dalam satu dua kalimat yang gampang dimengerti, pidato akan menjadi tidak konsentrasi.
3.    Bersikap realistis; kalian berpidato karena memiliki beberapa pengalaman yang tidak pernah dimiliki oleh pendengar. Pengalaman-pengalaman tersebut dan buatlah mereka juga akan merasakan apa yang Anda rasakan berdasarkan pengalaman tersebut.
4.    Menarik perhatian; pada saat berpidato, kita harus melakukan interaksi agar penonton bisa menarik perhatian atau suara anda harus mengikuti artikulasi agar jelas bila anda berbicara karena, kalau tidak jelas pendengar tidak akan tertarik dengan pidato anda.
5.    Jangan membaca teks; kalau anda berbicara tanpa membaca teks, kita akan terbawa suasana dalam suatu permasalah yang terjadi itu dan bila kalian terlalu membaca kepada teks, pendengar akan menganggap anda tidak mengerti akan persoalan dan mereka tidak akan tertarik dan itu sangat fatal kalau memang kita tidak mengerti dalam pidato itu.
6.    Tenang; jangan sering-sering mengambil nafas dalam-dalam. Audience akan melihat ketegangan kalian, ini dapat mengurangi konsentrasi dalam pidato yang kalian sampaikan. Bersikaplah santai dan bernapas sewajarnya, agar tetap bisa dalam ketenangan. Posisikan kalian sedang berbicara dengan sahabat kalian, bukan pada pendengar.
7. Persiapan cukup; istirahatlah yang cukup, tidak perlu bergadang. Makanlah yang cukup untuk mengurangi naiknya kadar asam lambung yang dapat disebabkan oleh tingkat stress.
8.    Penampilan menarik; kalau penampilan menarik, kalian akan merasa percaya diri dan tidak akan malu dengan pidato yang anda sampaikan dan itu akan membuat menambahnya konsentrasi anda.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1  Kesimpulan
ü  Pidato adalah salah satu bentuk cara penyampaian atau pengungkapan pikiran secara lisan dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
ü  Ada empat metode dalam berpidato yang sering digunakan, yaitu metode impromptu, metode ekstemporan, metode naskah dan metode menghafal.
ü  Teknik menyusun naskah pidato mencangkup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu:
o  Prinsip-prinsip penyusunan pidato: kesatuan, pertautan dan titik-berat.
o  Sistematika konsep pidato:
-       Menyusun pesan pidato; organisasi pesan (message organization) dan pengaturan pesan (message arrangement).
-       Membuat garis-garis besar pidato; garis besar lengkap (full­content outline), garis besar singkat (key-word outline) dan garis besar alur teknis (outline of technical plot).
ü  Persiapan penyajian pidato mencakup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu: menentukan topik, menentukan tujuan pidato, menganalisis pendengar dan situasi, memilih dan penyempitkan topik, mengumpulkan bahan, membuat kerangka pidato dan menguraikan isi pidato secara mendetail.
3.2  Saran
            Dengan mengetahui pengertian, teknik dan penyajian pidato semoga pembaca lebih memahami tentang penyusunan pidato dan bagaimana berpidato yang kami bahas didalam makalah kami, sehingga pembaca dapat memperbaiki cara pidato dengan benar. Begitu juga dengan makalah kami yang mungkin tidak begitu lengkap dalam membahas judul makalah kami. Kami harap pembaca dapat mencari sumber-sumber lainnya diberbagai buku atau pun situs-situs internet lainnya. Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiwibawa, F. Rudi dan Riyanto, Theo. 2008. Siap Jadi Pemimpin? Latihan Dasar Kepemimpinan. Yogyakart: Kanisius.
Harianta, Agus dan surianto, Alex. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII. Tanggerang: Erlangga.
Ismail Kusmayadi, Andriansyah. 2007. Bahasa  Indonesia SMA Kelas X.  Bogor: Regina.
Anugrahany, Ary dkk. 2008. Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Malang: Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar