BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menyusun atau membuat suatu pidato pada dasarnya merupakan suatu
rangkain kegiatan mengungkap rangkaian
hasil pemikiran dalam bentuk tulisan dimana dengan memenuhi
kriteria dan etika cara membaca pidato. Oleh karena itu, sebelum
seorang membaca pidato menuangkan hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan,
dia lebih dahulu harus mengetahui kriteria dan etika penyusunan berpidato.
Secara umum, setiap berpidato memiliki unsur- unsur yakni merupakan
penyampaian dan penanaman pikiran, informasi atau gagasan dari pembicara kepada
khalayak ramai.
Pidato biasanya disampaikan dalam acara-acara resmi. Menyiapkan terlebih dahulu
materi yang akan disampaikan agar berpidato
lebih baik. Dan topik yang akan disampaikan hendaknya menarik perhatian
pembicara dan pendengar.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian pidato?
2. Bagaimana
metode pidato?
3. Bagaimana
teknik penyusunan bahan pidato?
4. Bagaimana
persiapan penyajian pidato?
5.
Bagaimana praktik pidato?
1.3 Tujuan
Permasalahan
1. Untuk
mengetahui pengertian paragraf.
2. Untuk
mengetahui metode pidato metode pidato.
3. Untuk
mengetahui teknik penyusunan bahan pidato.
4. Untuk
mengetahui persiapan penyajian pidato.
5. Untuk
mengetahui praktik pidato.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pidato
Pidato adalah
salah satu bentuk cara penyampaian
atau pengungkapan pikiran secara lisan dalam bentuk
kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pidato merupakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang
ditujukan kepada orang banyak; atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di
depan khalayak.
Contoh pidato yaitu seperti
pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat,
pidato sambutan acara atau event lainnya. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di
depan publik/umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan
pidato umumnya, melakukan beberapa hal berikut ini.
a. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka
rela.
b. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
c. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga
orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-jenis
pidato berdasarkan pada sifat dari isi pidato dapat dibedakan menjadi:
1)
Pidato Pembukaan
Yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau MC.
2)
Pidato Pengarahan
Yaitu pidato
untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3)
Pidato
Sambutan
Yaitu pidato yang
disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat
dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4)
Pidato Peresmian
Yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan
sesuatu.
5)
Pidato Laporan
Yaitu
pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6.
Pidato Pertanggungjawaban
Yaitu pidato yang
berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
Jenis pidato berdasarkan tujuannya, antara lain:
1. Pidato Persuasif
Pidato ini bersifat mendorong atau mengajak dan reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi, agar pendengar menyetujui atau meyakini dan mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengarnya.
2. Pidato Informatif (Instruktif)
Pidato ini bersifat memberitahukan atau mengabarkan dan reaksi yang diinginkan adalah adanya dan pemahaman pendengar atas suatu informasi
3. Pidato Rekreatif
Pidato ini bersifat menghibur dan reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu kegembiraan.
1. Pidato Persuasif
Pidato ini bersifat mendorong atau mengajak dan reaksi yang diinginkan adalah membangkitkan emosi, agar pendengar menyetujui atau meyakini dan mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengarnya.
2. Pidato Informatif (Instruktif)
Pidato ini bersifat memberitahukan atau mengabarkan dan reaksi yang diinginkan adalah adanya dan pemahaman pendengar atas suatu informasi
3. Pidato Rekreatif
Pidato ini bersifat menghibur dan reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu kegembiraan.
2.2 Metode
Pidato
Ada empat metode dalam berpidato
yang sering digunakan, yaitu impromptu, ekstemporan, naskah dan menghafal.
2.2.1 Metode Impromptu
(Serta Merta)
Metode
pidato impromptu adalah membawakan pidato tanpa persiapan yang hanya mengandalkan
pengalaman dan wawasan. Dalam metode ini, pembicara menggunakan cara
spontanitas (improvisasi). Biasanya, metode ini digunakan untuk pidato yang
sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
Kelebihan
metode impromptu
adalah bahasa yang digunakan singkat, sehingga tidak membosankan dan pembicara
bebas dalam memilih topik bahasan tetapi tepat sesuai acara. Sedangkan, kelemahan
metode impromptu adalah terkadang meteri yang disampaikan tidak secara
urut/sistematis dan kemungkinan ada hal-hal yang terlupa karena sifatnya
mendadak tanpa persiapan.
2.2.2 Metode
Ekstemporan (Penjabaran Kerangka)
Metode
pidato ekstemporan merupakan teknik berpidato dengan menjabarkan materi yang
terpola. Maksud terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan
garis besarnya dengan menuliskan hal-hal yang di anggap penting.
Kelebihan
metode ekstemporan yaitu
materi yang di sampaikan dapat di ungkapkan secara terurut dan sistematis.
Sedangkan, kelemahan metode ekstemporan adalah terlihat
seakan-akan kurang siap karena perlu menunduk untuk melihat catatan.
2.2.3 Metode Naskah
Metode
pidato naskah adalah berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat
sebelumnya. Metode ini biasanya digunakan dalam pidato resmi dimana pembicara
selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Cara demikian
dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan
dalam situasi resmi akan di sebarluaskan dan dijadikan figur masyarakat serta
dikutip oleh media massa.
Kelebihan
metode naskah
yaitu pidato terencana dengan baik, lengkap dan sistematis. Sedangkan, kelemahan
metode naskah adalah membosankan, interaksi dengan pendengar kurang dan
terlihat kaku karena mata pembicara selalu melihat naskah.
2.2.4 Metode Menghafal (Tanpa Teks)
Metode
pidato menghafal yaitu menghafal suatu rencana pidato yang telah dibuat
sebelumnya.
Kelebihan
metode menghafal
adalah melatih daya ingat dan tersusun sistematis. Sedangkan, kelemahan
metode menghafal adalah bila terjadi lupa akan mempengaruhi isi pidato
dan mungkin akan menggangu konsentrasi pendengar.
2.3 Teknik
Penyusunan Bahan
Teknik menyusun naskah pidato mencangkup beberapa langkah
penting dalam penyusunan yaitu:
2.3.1. Prinsip-Prinsip Penyusunan Pidato
Banyak cara menyusun pesan pidato,
tetapi semuanya harus didasari dengan tiga prinsip komposisi. Prinsip-prinsip
ini mempengaruhi seluruh organisasi pesan. Prinsip-prinsip ini ialah kesatuan,
pertautan dan titik-berat.
A.
Kesatuan (Unity)
Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan
yang utuh. Kesatuan meliputi dalam isi, tujuan dan sifat (mood).
a.
Isi
Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi
seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang.
b. Tujuan
Komposisi juga harus mempunyai satu macam
tujuan. Satu di antara yang tiga, antara lain menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi (harus dipilih). Dalam pidato mempengaruhi (persuasif) boleh
saja kita menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu menambah daya
persuasi pembicaraan. Bila cerita lucu itu tidak ada hubungannya dengan persuasi, betapa pun menariknya ia harus kita buang.
c. Sifat
Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood).
Sifat ini mungkin serius, informal, formal, anggun atau bermain-main. Jika kita memilih sifat formal, maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh
uraian. Ini menentukan pemilihan bahan, gaya bahasa atau pemilihan kata-kata.
Misalnya dalam suasana informal, gaya pidato seperti bercakap (conversational)
dan akrab (intimate).
Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan saja
diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat untuk membuang hal-hal yang mubazir. Sering kali orang digoda untuk memasukkan bahan yang
menarik, walaupun kurang berfaedah. Kurangnya kesatuan akan menyebabkan
pendengar menggerutu, “ngawur” bertele-tele, tidak jelas apa yang dibicarakan,
“meloncat-loncat”.
B.
Pertautan (Coherence)
Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian
yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok
yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya
pertautan menimbulkan gagasan yang tersendat-sendat atau khalayak tidak mampu
menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan
perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata
yang jelek.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan
tiga cara:
a)
Ungkapan Penyambung (connective phrases)
Ungkapan penyambung adalah sebuah kata atau
lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian. Ungkapan tersebut seperti: karena itu, walaupun, jadi, selain itu, sebaliknya,
misalnya, sebagai contoh dengan perkataan lain, sebagai ilustrasi, bukan
saja..., tetapi juga..., tidak berbeda dengan ini..., akibat semuanya ini...,
dan yang terpenting dari semuanya ini..., hal-hal tersebut perlu
diperhatikan..., demikian..., contoh berikutnya ialah..., dst.
b)
Paralelisme
Paralelisme ialah mensejajarkan struktur
kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan.
Misalnya, “Pemuka masyarakat memiliki ciri-ciri,
yaitu ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan
lebih tinggi, ia mempunyai status yang lebih terhormat dibandingkan dengan
anggota masyarakat yang lain”.
c) Gema (echo)
Gema (echo) ialah kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat
baru. Contohnya, “Ketiga hal tersebut menentukan berhasil
tidaknya pendidikan. Yang disebut terakhir, yaitu masyarakat amat banyak
pengaruhnya, tetapi amat sedikit mendapat perhatian.”
Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata,
kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang
menggantikan kata-kata yang terdahulu.
C.
Titik Berat (Emphasis)
Bila
kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya
pembicaraan, titik-berat menunjukkan mereka pada bagian-bagian penting yang
patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi
komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central
ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus
dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititik beratkan,
atau ditekankan. Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf
miring atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian,
tekanan suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya. Dapat
pula didahului dengan keterangan penjelas seperti “Akhirnya sampailah kepada
inti pembicaraan saya”, “Saudara-saudara, yang terpenting bagi kita ialah...”,
dan sebagainya.
2.3.2 Sistematika Konsep
Pidato
A.
Menyusun Pesan
Pidato
Pidato yang tersusun tertib (well-organized)
akan menciptakan suasana yang favorabel, membangkitkan minat,
memperlihatkan pembagian pesan yang jelas sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran
secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut inti pesan itu
sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut organisasi pesan (message organization) dan yang kedua
pengaturan pesan (message arrangement).
1. Organisasi pesan (message organization)
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam
urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial dan
topikal.
Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu
gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan
dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan
perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Bila kita menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan merokok, lalu menguraikan
alasan-alasannya, kita menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila kita menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter dan kita menyimpulkan bahwa rokok berbahaya, urutan
induktif kita ikuti.
Dalam urutan kronologis, pesan disusun
berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Mungkin kita memulainya dari satu waktu tertentu kemudian
maju ke muka atau ke belakang.
Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan
sebab ke akibat atau akibat ke sebab. Bila seorang dokter menjelaskan arterioclerosis dari
sebab-sebabnya kepada gejala-gejalanya, ia mengikuti urutan pertama. Tetapi
bila ia berangkat dari gejala-gejala arterioclerosis seperti adanya
seperti adanya deposit cholesterol, penyempitan saluran darah, permukaan saluran yang kasar dan menjelujuri
penyebab-penyebabnya, ia mulai dari akibat ke sebab.
Dalam urutan spasial, pesan disusun
berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan kalau pesan berhubungan dengan subjek
geografis atau keadaan fisik lokasi.
Dalam urutan topikal, pesan disusun
berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting kepada yang
kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada
yang asing. Menguraikan komunikasi dapat dimulai dari komunikasi personal,
komunikasi kelompok, komunikasi massa (klasifikasi topik). Menjelaskan suatu
organisasi biasanya diawali dengan keadaan pimpinan, pembantu-pembantunya dan
lalu anak-buahnya (penting ke tidak penting).
2. Pengaturan pesan (message arrangement)
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik,
kita masih perlu menyesuaikan organisasi ini dengan cara berpikir khalayak. Proses berpikir dalam susunan sebagai berikut.
-
Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan
-
Pengenalan
masalah atau kebutuhan
-
Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari
pcnyelesaian terbaik
-
Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan
-
Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau
ditolaknya pemecahan masalah
Beberapa
tugas pokok yang harus diperhitungkan
komunikator dalam mempengaruhi khalayak, yaitu perhatian, minat, kesan,
keyakinan, dan pengesahan. Tahap pertama yang dilakukan pembicara ialah merebut
perhatian khalayak dengan menggunakan berbagai macam daya tarik. Perhatian
harus dipertahankan dengan membangkitkan minat khalayak. Di sini digunakan
cerita lucu, penggunaan bahasa yang baik, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan
tambahan perhatian. Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat dan
merebut keyakinan melalui manipulasi emosi yang ditampilkan dalam bentuk
argumentasi logis. Pada tahap terakhir khalayak harus ditunjukkan kepada arah
tindakan dengan sifat, waktu, tempat dan cara yang telah ditentukan.
B. Membuat
Garis-Garis Besar Pidato
Garis-garis
besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi
pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar
adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika.
Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah
akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, seperti juga garis besar yang
teratur akan menertibkan “jalannya” pidato.
1)
Ciri-Ciri Garis Besar
Bentuk garis besar bermacam-macam, tetapi ada
pedoman yang sama untuk membuat garis besar yang baik.Garis besar terdiri dari
tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan menggunakan urutan
bermotif kita dapat membaginya menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan,
pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada pengantar, yaitu kebutuhan
pemuasan, dan visualisasi. Sedangkan pada isi, yaitu tindakan pada penutup
pidato.
2)
Macam-Macam
Garis Besar
Sesuai dengan tahap persiapan atau
pengalaman pembicara, ada tiga macam garis besar, yaitu garis besar lengkap (fullcontent
outline), garis besar singkat (key-word outline) dan garis besar
alur teknis (outline of technical plot).
a.
Garis besar
lengkap diperlukan dalam proses
pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya.
Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan di bawahnya
disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian. Dengan
membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi
pidato itu secara keseluruhan.
b.
Garis besar
singkat diperlukan hanya sebagai pedoman
atau pengingat saja, digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian
pidato. Di dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Orang lain
mungkin tidak dapat membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk memeriksa dan
meneliti teknik-teknik pidato.
c. Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap
diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik
pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan
sebagainya.
Menurut A.H. Hasanuddin, lima pentahapan
dalam menyusun pidato perlu mendapat perhatian kita, agar benar-benar punya
makna dan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar.
1.
Pencarian bahan/pengumpulan bahan yang selektif dan
relevan dengan tema.
2.
Penyusunan kerangka yang sistematis
3.
Pengkoreksian terhadap gaya bahasa, redaksional, dan
rumusan kata-kata yang dipergunakan.
4.
Memoria sebagai renungan ulang sehingga terkuasai
sepenuhnya.
5.
Pronunciato (mempelajari/melatih ucapan, intonasi, nada,
humoria dan semangat).
Adapun yang harus disadari dalam menjalankan tugas
persuasion antara lain :
-
Pembicara sadar apakah tujuan dari yang dikemukakan dalam
pembicaraannya.
-
Pembicara disamping sebagai subjek sekaligus sebagai
objek yang tanggap terhadap refleksi serta reaksi para pendengar.
-
Pembicara harus mampu menyesuaikan diri sehingga
tidak terasing dari/bagi pendengarnya
Menurut A. H. Hasanuddin, teks dibuat sekitar
dua ribu kata atau delapan halaman dengan satu setengah spasi. Pidato sangat
ideal sekali-kali diucapkan dengan tanpa membaca teks, dengan
catatan tidak jauh berbeda atau bertentangan dengan teks yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
2.4 Persiapan Penyajian
Persiapan penyajian pidato mencakup beberapa
langkah penting dalam penyusunan yaitu:
2.4.1. Menentukan
Topik
Topik
pembicaraan merupakan persoalan yang dikemukakan. Topik yang akan disampaikan
hendaknya menarik perhatian pembicara dan pendengar.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika hendak menentukan topik pidato:
a.
Kesesuaian topik dengan latar belakang pengetahuan, wawasan dan minat
b.
Kesesuaian topik dengan pengetahuan dan minat
c.
Memiliki ruang lingkup dan pembatasan
d.
Kesesuaian topik dengan waktu dan situasi
e.
Ditunjang dengan bahan lainnya
2.4.2. Menentukan Tujuan Pidato
Adapun tujuan pembicaraan berhubungan
dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar.
2.4.3. Menganalisis
Pendengar dan Situasi
Menganalisis pendengar dan situasi
yang dilakukan untuk mengetahui siapa pendengarnya dan dalam situasi apa pidato
itu akan disampaikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis
pendengar yaitu maksud pengunjung mendengarkan uraian pidato, adat kebiasaan
atau tata cara kehidupan pendengar dan tempat acara berlangsung.
2.4.4 Memilih
dan penyempitkan topik.
Topik yang telah ditentukan
hendaknya dikaji kembali. Jika topik itu terlalu luas, dapat dibatasi dengan menyempitkannya kembali
sehingga pembahasan lebih terfokus dan pembahasan lebih terarah.
2.4.5. Mengumpulkan Bahan
Untuk
dapat menyusun naskah pidato, maka harus mengumpulkan bahan yang diperlukan
sesuai dengan topik pembicaraan. Banyak sumber yang dapat dijadikan bahan
pidato, seperti bahan bacaan, hasil mendengarkan atau pengalaman yang berkesan.
Penyusunan dan pengumpulan data diusahakan harus seakurat mungkin yaitu sesuai
fakta, ilustrasi, ceita atau pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan
pidato agar lebih maksimal. Seharusnya penyusun harus banyak bertanya kepada
pihak-pihak yang mengetahui persoalan tersebut. Pengetahuan pembicara beserta
semua bahan-bahan tersebut akan memungkinkan pembicara berbicara dengan baik.
2.4.6. Membuat Kerangka Pidato
Bahan-bahan
yang telah kita peroleh disusun sesuai dengan kerangka uraian. Seorang pembaca
harus menentukan pokok-pokok pemasalahanya, sehingga dapat merencanakan
kerangka pidatonya secara terperinci. Kerangka pidato memang harus disusun
secara terperinci supaya menimbulkan keyakinan tentang kesatuan koherensinya. Struktur
penulisan naskah pidato terdiri atas bagian salam
atau sapaan pembuka, pembuka, isi, penutup, dan salam penutup
Perhatikan
contoh kerangka pidato berikut.
Tema (topik/judul) :
1. Salam Pembuka
2. Pembuka
2.1. Mukaddimah (bersifat tradisional religius)
2.2. Penghormatan
2.3. Ucapan
Syukur
3.
Isi
3.1. Pendahuluan (ungkapan yang menyangkut tema/topik/judul yang dihubungkan dengan hal-hal yang telah berlalu, kenyataan masa
kini dan sorotan masa yang akan datang)
3.2. Permasalahan (faktor apa dan bagaimana masalah yang
menyangkut tema topik/judul)
3.3. Uraian Pembahasan
a. Faktor Penunjang (hal-hal yang positif)
b. Faktor penghambat (hal-hal yang negatif)
c. Langkah/Usaha (sebagai jalan keluar atau sebagai kemungkinan pemecahannya)
4. Penutup
4.1. Kesimpulan (inti dari uraian
pembahasan masalah)
4.2. Seruan/saran/harapan.
5. Salam Penutup (bersifat tradisional religius)
2.4.7.
Menguraikan Isi Pidato Secara Mendetail
Menguraikan
secara mendetail dalam penyusunan naskah hendaknya menggunakan kata-kata yang
tepat dan efektif sehingga memperjelas uraian. Langkah
terbaik dalam berpidato tergantung pada pembawaan dan kesanggupan setiap orang
yang bersangkutan serta suasana yang ada pada waktu itu. Namun teryata terdapat
dua cara yang sering digunakan, yaitu :
a. Pidato bebas dengan sekali-kali
melihat kerangka yang sudah disusun untuk menjamin keteraturan dan tidak
terdapat ide-ide yang terlangkahi.
b.
Menggarap
pidato tersebut dengan disusun kata-kata secara lengkap dan terperinci selanjutnya
tinggal dibacakan saja.
2.5 Praktik Pidato
b.
Dipraktikkan
oleh pemimpin
atau pejabat negara guna mempermudah
adanya komunikasi
sehingga terciptanya keadaan yang demokratis.
d.
Biasanya
seorang pemimpin atau orang yang berpengaruh diwajibkan untuk menguasai teori pidato.
Banyak orang yang sering
menghindari pekerjaan yang didepan banyak umum karena memiliki banyak alasan
seperti takut memalukan dan selalu tidak kuat menahan serangan demam panggung.
Maka dari itu, agar kita tidak demam panggung dan bisa percaya diri untuk
berpidato, ada beberapa tips agar tidak tegang dalam berpidato.
1. Singkat; jangan berpidato terlalu
lama dan membuang waktu, karena pendengar akan merasa bosan. Buatlah durasi
pidato itu yang langsung ke permasalahanya agar penonton tidak bosan lagi.
2. Sederhana; biasanya mereka mendengar
pidato kalian yang paling penting saja atau hanya satu atau dua ide kalian.
Mereka tidak pernah mendengar semua ide-ide anda. Kalau kalian tidak bisa
mengekspresikannya ide penting dalam satu dua kalimat yang gampang dimengerti,
pidato akan menjadi tidak konsentrasi.
3. Bersikap realistis;
kalian berpidato karena
memiliki beberapa pengalaman yang tidak pernah dimiliki oleh pendengar. Pengalaman-pengalaman
tersebut dan buatlah mereka juga akan merasakan apa yang Anda rasakan berdasarkan
pengalaman tersebut.
4. Menarik perhatian;
pada saat berpidato,
kita harus melakukan interaksi agar penonton bisa menarik perhatian atau suara
anda harus mengikuti artikulasi agar jelas bila anda berbicara karena, kalau
tidak jelas pendengar tidak akan tertarik dengan pidato anda.
5. Jangan membaca teks; kalau anda berbicara tanpa membaca teks, kita
akan terbawa suasana dalam suatu permasalah yang terjadi itu dan bila kalian
terlalu membaca kepada teks, pendengar akan menganggap anda tidak mengerti akan
persoalan dan mereka tidak akan tertarik dan itu sangat fatal kalau memang kita
tidak mengerti dalam pidato itu.
6. Tenang; jangan sering-sering
mengambil nafas dalam-dalam. Audience akan melihat ketegangan kalian, ini dapat mengurangi
konsentrasi dalam pidato yang kalian sampaikan. Bersikaplah santai dan
bernapas sewajarnya, agar tetap bisa dalam ketenangan. Posisikan kalian sedang berbicara
dengan sahabat kalian, bukan pada pendengar.
7. Persiapan cukup;
istirahatlah yang
cukup, tidak perlu bergadang. Makanlah yang cukup untuk mengurangi naiknya
kadar asam lambung yang dapat disebabkan oleh tingkat stress.
8. Penampilan menarik; kalau penampilan menarik, kalian akan merasa percaya diri dan tidak
akan malu dengan pidato yang anda sampaikan dan itu akan membuat menambahnya
konsentrasi anda.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
ü Pidato adalah salah satu bentuk cara penyampaian atau pengungkapan
pikiran secara lisan dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
ü Ada empat metode dalam berpidato
yang sering digunakan, yaitu metode impromptu, metode ekstemporan, metode naskah
dan metode menghafal.
ü Teknik menyusun naskah pidato
mencangkup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu:
o
Prinsip-prinsip
penyusunan pidato: kesatuan, pertautan dan titik-berat.
o
Sistematika
konsep pidato:
- Menyusun pesan pidato; organisasi pesan (message organization) dan pengaturan pesan (message arrangement).
- Membuat garis-garis besar pidato; garis besar lengkap (fullcontent
outline), garis besar singkat (key-word outline) dan garis besar
alur teknis (outline of technical plot).
ü Persiapan
penyajian pidato mencakup beberapa langkah penting dalam penyusunan yaitu: menentukan
topik, menentukan tujuan pidato, menganalisis
pendengar dan situasi, memilih dan
penyempitkan topik, mengumpulkan
bahan, membuat kerangka pidato dan menguraikan isi pidato secara mendetail.
3.2
Saran
Dengan mengetahui
pengertian, teknik dan penyajian pidato semoga pembaca lebih memahami tentang
penyusunan pidato dan bagaimana berpidato yang kami bahas didalam makalah kami,
sehingga pembaca dapat memperbaiki cara pidato dengan benar. Begitu juga dengan
makalah kami yang mungkin tidak begitu lengkap dalam membahas judul makalah
kami. Kami harap pembaca dapat mencari sumber-sumber lainnya diberbagai buku
atau pun situs-situs internet lainnya. Semoga makalah kami dapat bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwiwibawa,
F. Rudi dan Riyanto, Theo. 2008. Siap Jadi Pemimpin? Latihan Dasar
Kepemimpinan. Yogyakart: Kanisius.
Harianta, Agus dan surianto, Alex. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII. Tanggerang: Erlangga.
Ismail Kusmayadi, Andriansyah.
2007. Bahasa
Indonesia SMA Kelas X. Bogor: Regina.
Anugrahany, Ary
dkk. 2008. Bahasa dan Sastra INDONESIA 3 SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan
Alam dan Sosial. Malang: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar